Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Peringkat Daya Saing Indonesia Merosot ke 44 di 2022, Terendah dalam Lima Tahun
20 Juni 2022 15:48 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Indonesia mengalami penurunan peringkat daya saing di tahun ini ke posisi 44, dari tahun sebelumnya 37. Ini merupakan peringkat terendah yang dipegang Indonesia selama lima tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Hal ini berdasarkan laporan Institute for Management Development (IMD) World Competitiveness Yearbook 2022. Pada tahun 2018, peringkat daya saing Indonesia berada di posisi 43, 2019 di peringkat 32, 2020 peringkat 40, dan 2021 peringkat 37.
Dalam laporan yang diterima kumparan, Senin (20/6), ada 63 negara yang dinilai oleh IMD. Di tahun ini, Denmark menempati peringkat pertama sebagai negara yang memiliki daya saing tertinggi, dari tahun lalu di posisi ketiga. Adapun peringkat 63 dipegang oleh Venezuela, lima tahun berturut-turut berada di posisi akhir.
Indonesia berada satu peringkat di bawah Kazakhstan yang berada di peringkat 43 dan di atas Chile yang berada di peringkat 45.
Lebih lanjut, untuk peringkat berdasarkan kondisi ekonomi, Indonesia berada di peringkat 42, juga menurun dari posisi tahun lalu 35. Untuk kategori efisiensi pemerintah, Indonesia berada di peringkat 35, turun dibandingkan posisi tahun lalu peringkat 26.
ADVERTISEMENT
Selain itu, untuk kategori efisiensi bisnis, Indonesia berada di posisi 31, juga menurun dari posisi tahun lalu peringkat ke 25. Meski demikian, untuk kategori infrastruktur, posisi Indonesia naik ke peringkat 52, dari tahun lalu di peringkat 57.
"Tekanan inflasi terbukti mempengaruhi sebagian besar ekonomi yang dipelajari. Tantangan global lainnya yang berdampak pada daya saing negara, termasuk varian COVID-19 yang muncul dalam intensitas yang berbeda serta kebijakan nasional yang berbeda untuk mengatasi COVID-19, dan invasi Ukraina oleh Rusia," kata Christos Cabolis, Kepala Ekonom IMD.
ADVERTISEMENT