Perjalanan 70 Tahun Kalla Group, dari Bisnis Otomotif hingga Energi

21 Mei 2022 15:42 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PLTA Poso milik Kalla Group yang diresmikan Presiden Jokowi, Foto: Dok. PLN
zoom-in-whitePerbesar
PLTA Poso milik Kalla Group yang diresmikan Presiden Jokowi, Foto: Dok. PLN
ADVERTISEMENT
Kalla Group telah menggeluti berbagai bidang usaha selama 70 tahun. Kontribusi Kalla Group menjangkau berbagai sektor bisnis mulai dari bidang perdagangan, otomotif, transportasi logistik, energi, properti, konstruksi, hingga manufaktur.
ADVERTISEMENT
“Kiprah kami dimulai di tahun 1952 dan saya memimpin sebagai generasi keempat. Awalnya kami hidup sebagai dealer Toyota di Indonesia Timur,” ujar Presiden Direktur Kalla Group Solihin J. Kalla di Penang Bistro Kota Kasablanka Jakarta, Sabtu (21/5).
Setelah memulai di sektor otomotif, Kalla Group terus berekspansi bisnis di sektor properti dan perumahan. Kalla Group mulai masuk di pembangkit listrik tenaga air (hydropower) sejak tahun 2003, di mana sebagian perusahaan belum masuk ranah tersebut.
“Perencanaan portofolio kami sampai 2000 megawatt. Kalla Energy tengah mengelola hydropower yang beroperasi di seluruh wilayah di antaranya PLTA Poso 1, PLTA Poso 2, PLTA Poso 3, PLTA Kerinci, PLTA Malea dan PLTA Mamuju dengan total energi sebesar 1980 megawatt,” ujar Solihin.
ADVERTISEMENT
Solihin mengaku bangga karena berhasil membangun infrastruktur PLTA satu-satunya sebagai perusahaan swasta nasional. PLTA tersebut dibangun oleh SDM dalam negeri dari segi desain dan powerhouse, sementara turbinnya berasal dari Jepang.
President Director Kalla Group, Solihin Kalla (kedua kanan). Foto: kumparan
“Kami berusaha idealis menggunakan SDM Indonesia, karena Indonesia memiliki potensi besar dari SDM serta alat-alat,” ujar Solihin.
Kalla Group berencana mengembangkan ekspansi bisnis dengan membangun Poso Energy dengan target sebesar 400 megawatt. Nilai investasi perusahaan tersebut mencapai Rp 12 triliun. Sedangkan PLTA Jambi dan Kerinci diperkirakan selesai tahun 2025.
“Alokasi belanja modal (capital expenditure) atau capex tahun ini didominasi di sektor energi, sementara sisanya di perdagangan otomotif showroom. Operasional otomotif paling besar di Jakarta dan Sumatera,” tuturnya.