Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Perjuangan Teknisi Muda Menerangi Pulau Komodo
29 Maret 2018 10:37 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Itu artinya, dari total jumlah rumah tangga di Indonesia, 97%-nya harus sudah mendapat pasokan listrik. Mengacu data Ditjen Ketenagalistrikan Kementerien ESDM, rasio elektrifikasi pada 2017 mencapai 94,91%. Angka itu diklaim sudah melampaui target sebesar 92,75%. Sedangkan untuk 2018, pemerintah mematok target sekitar 95,15%.
Untuk mengelola PLTD ini, PLN menempatkan 5 orang teknisi muda. Mereka juga yang memantau distribusi setrum ke 400-an rumah warga yang ada di Pulau Komodo ini. Meski sebagai destinasi wisata Pulau Komodo sudah sangat dikenal, namun infrastruktur di pulau ini masih terbatas.
ADVERTISEMENT
Itulah yang membuat para teknisi tersebut yakni Ovaldi Seik, Ma’aruf Adiatma, Muhammad Fauzi, dan Arifuddin, serta Adhar, harus bekerja penuh perjuangan. Untuk mendirikan mess di dekat PLTD misalnya, mereka harus mendorong kontainer yang akan jadi tempat tinggal mereka, secara manual.
Hal ini harus dilakukan, karena tak ada crane untuk mengangkat kontainer tersebut. Demikian juga setiap pasokan BBM untuk menggerakan mesin diesel datang, drum demi drum yang masing-masing berisi 200 liter Solar, harus mereka gotong bersama dari tepi pantai ke PLTD.
“Kalau menggotong drum berisi 200 liter Solar itu sudah pekerjaan rutin kami. Kita angkat bersama dari bibir pantai ke PLTD secara manual,” kata Ovaldi, yang ditunjuk PLN sebagai koordinator di antara 5 teknisi tersebut kepada kumparan (kumparan.com), Kamis (29/3).
ADVERTISEMENT
Belum lagi jika ada pengaduan masalah kelistrikan dari warga. Mereka harus menempuh perjalanan dengan berjalan kaki. “Kalau cuma berjalan kaki mungkin enggak terlalu berat. Tapi ini kami sambil memikul tangga. Pernah kita jalan sampai hampir 1 kilometer memikul tangga,” tutur Fauzi.
Menerangi daerah terpencil, memang tak semudah seperti memencet saklar listrik di rumah. Di balik terangnya pelosok Nusantara, ada para pekerja yang berjuang agar pasokan setrum tetap terjaga.