Perkembangan PayLater Sangat Cepat, OJK Tekankan Pentingnya Edukasi ke Pengguna

8 November 2024 10:12 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara dalam OECD/INFE - OJK Conference di Nusa Dua, Bali pada Jumat (8/11/2024). Foto: Argya D. Maheswara/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara dalam OECD/INFE - OJK Conference di Nusa Dua, Bali pada Jumat (8/11/2024). Foto: Argya D. Maheswara/kumparan
ADVERTISEMENT
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengakui pesatnya perkembangan Buy Now Pay Later (BNPL) atau PayLater. Perkembangan tersebut menjadi salah satu yang disoroti saat OJK menyelenggarakan konferensi bersama Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)/ International Network on Financial Education (INFE) membahas isu-isu edukasi keuangan dari seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK, Mirza Adityaswara, mengungkapkan perkembangan pengguna PayLater saat ini sudah mencapai 20 juta.
Buy Now Pay Later oleh sektor perbankan, meskipun produk ini baru saja diperkenalkan, saya rasa belum mencapai 10 tahun, mungkin hanya 5 tahun. Jumlah pelanggan Buy Now Pay Later sekarang sudah mencapai 20 juta. Dari populasi Indonesia yang berjumlah 280 juta,” ungkap Mirza dalam sambutannya di The Westin, Nusa Dua, Bali pada Jumat (8/11).
Mirza menjelaskan di Indonesia pengguna PayLater paling banyak didominasi oleh generasi muda. “Dan Anda tahu, sebagian besar peminjam Buy Now Pay Later adalah generasi muda dan kami memiliki Buy Now Pay Later dari industri keuangan, dari industri keuangan nonbank,” ujar Mirza.
ADVERTISEMENT
Mirza mengingatkan soal pentingnya edukasi penggunaan PayLater. Hal ini karena setiap kredit yang digunakan oleh pengguna pinjaman, termasuk PayLater akan tercatat dalam Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK).
Ilustrasi paylater. Foto: Shutterstock
“Bahwa saat ini peminjam mungkin adalah mereka dari generasi muda, dari tingkat pendapatan rendah. Di Indonesia, kami memiliki SLIK. SLIK adalah catatan kredit. Ini mencakup bank, produk pasar modal dan akan mencakup produk asuransi. Ini sudah mencakup produk Buy Now Pay Later,” jelas Mirza.
Mirza menegaskan ketepatan waktu dalam pembayaran merupakan hal yang sangat penting. Jangan sampai dengan jumlah pinjaman yang tidak terlalu besar, seseorang bisa terkena masalah karena skor yang tercatat dalam SLIK.
“Mungkin hanya meminjam setara dengan USD 10, USD 50, tetapi nama mereka akan masuk dalam SLIK, sistem pelaporan kredit kami dan itu kemudian digunakan oleh industri. Ketika peminjam ini, mereka tidak dapat membayar atau lupa untuk membayar USD 10, USD 50 maka mereka mungkin menghadapi masalah. Karena riwayat catatan mereka tentang ketidakmampuan membayar,” terang Mirza.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Mirza juga mengajak para pengusaha yang memiliki layanan PayLater untuk tidak hanya menjual produk, tetapi juga mengedukasi.
“Jadi, sekali lagi, tolong edukasi. Jangan hanya menjual produk, tolong edukasi,” tutur Mirza.