Permintaan Masyarakat Masih Lemah, Juli Berpotensi Deflasi

1 Agustus 2020 12:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pedagang sayur melayani pembeli di Pasar Induk Rau, Serang, Banten Foto: ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang sayur melayani pembeli di Pasar Induk Rau, Serang, Banten Foto: ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sepanjang periode Juli 2020 diproyeksi akan terjadi deflasi. Hal tersebut seiring masih rendahnya permintaan masyarakat meskipun pemerintah telah melonggarkan pembatasan sosial.
ADVERTISEMENT
Ekonom Institut Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan RI, Eric Sugandi, memperkirakan selama bulan lalu terjadi deflasi sebesar 0,01 persen secara bulanan (mtm) dan inflasi 1,09 persen secara tahunan (yoy).
"Deflasi 0,01 persen (mtm) atau inflasi 1,09 persen (yoy). Faktor penyebab deflasi adalah mulai meningkatnya pasokan barang dan jasa seiring dengan dilonggarkannya aktivitas ekonomi," kata Eric kepada kumparan, Sabtu (1/8).
Dia melanjutkan, beberapa komoditas pangan masih mengalami penurunan harga selama Juli 2020, di antaranya bawang merah dan cabai merah.
"Komoditas yang mengalami penurunan harga dan menyumbang deflasi bulan Juli di antaranya bawang merah, bawang putih, cabai merah, dan daging ayam ras," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Riset Core Indonesia, Piter Abdullah, memproyeksi inflasi selama bulan lalu sebesar 0,02 persen (mtm). Menurut dia, inflasi didorong oleh sektor pendidikan dan kesehatan. Sementara komponen pangan diproyeksi terjadi inflasi.
ADVERTISEMENT
"Prediksi inflasi Juli 2020 secara mtm sebesar 0,02 persen. Hal ini disebabkan inflasi di sektor pendidikan, secara pattern musiman pada bulan Juli selalu inflasi dan di sektor kesehatan. Meski terjadi deflasi pada bahan makanan, namun komponen lain seperti mamin dan tembakau terjadi inflasi walaupun rendah yakni 0,01 persen," kata Piter.
Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memperkirakan inflasi pada Juli 2020 sebesar 0,05 persen (mtm) atau 1,70 persen (yoy).
"Perlambatan ini diperkirakan terjadi akibat masih terjadi deflasi pada komponen harga bergejolak di mana harga pangan seperti bawang merah, bawang putih, dan daging ayam," katanya.
Menurut Josua, harga bawang merah, bawang putih, dan daging ayam ras masih mengalami penurunan atau deflasi, masing-masing sebesar 27,97 persen, 17,85 persen, dan 7,29 persen.
ADVERTISEMENT
Menurut Josua, deflasi pada sebagian besar bahan pangan karena oleh masih lemahnya permintaan dari masyarakat akibat pandemi COVID-19.
Sementara, pendorong utama inflasi pada Juni 2020 adalah inflasi inti, yang diperkirakan akan tercatat sebesar 2,14 persen (you), melambat dari bulan sebelumnya 2,26 persen (yoy).
Inflasi inti didorong kenaikan harga emas di Juli 2020 sebesar 10,34 persen. Hal ini sejalan dengan kenaikan harga komoditas emas global, disertai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Pedagang seragam sekolah menunggu calon pembeli di Pasar Jatinegara, Jakarta. Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
Josua menjelaskan, permintaan pada awal kuartal III tahun ini masih lemah, terutama di tengah masa tahun ajaran baru sekolah. Menurutnya, konsumen cenderung membatasi konsumsi secara umum dan memprioritaskan konsumsi pendidikan serta kebutuhan dasar lainnya.
"Oleh sebab itu. di tengah turunnya daya beli masyarakat sejak awal tahun ditambah dengan momentum tahun ajaran baru sekolah, sisi permintaan cenderung masih lemah," katanya.
ADVERTISEMENT
Adapun laju inflasi selama Juni 2020 tercatat sebesar 0,18 persen (mtm) dan 1,96 persen (yoy).
Sebelumnya, Bank Indonesia memproyeksi selama Juli 2020 akan terjadi deflasi 0,03 persen (mtm) dan 1,61 persen (yoy). Hal ini berdasarkan survei pemantauan harga yang dilakukan BI hingga pekan keempat Juli.
Penyumbang utama deflasi pada periode laporan antara lain berasal dari bawang merah sebesar 0,10 persen (mtm), daging ayam ras sebesar 0,03 persen( mtm), bawang putih sebesar 0,03 persen (mtm), dan gula pasir sebesar 0,02 persen (mtm).
"Sementara itu, komoditas utama penyumbang inflasi, yaitu telur ayam ras sebesar 0,05 persen (mtm), emas perhiasan sebesar 0,04 persen (mtm), dan rokok kretek filter sebesar 0,01 persen (mtm),” tulis keterangan resmi BI.
ADVERTISEMENT