Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) bersama Bank Indonesia (BI) terus menyosialisasikan proses transaksi keuangan yang dapat membantu pelaku usaha di tanah air melakukan jual beli valuta asing atau valas, sekaligus membantu upaya bersama dalam menstabilkan nilai tukar rupiah. Kali ini, transaksi yang disosialisasikan adalah Transaksi Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) dan Local Currencies Settlement (LCS). DNDF dan LCS ini merupakan kebijakan-kebijakan baru dari BI yang berpengaruh pada bisnis pelaku usaha.
ADVERTISEMENT
Sosialisasi ini menjadi bagian dari seminar “Economic Outlook 2019” yang disampaikan BI dan BNI kepada nasabah BNI di Surabaya, Rabu (24/7). Seminar yang membahas tentang update tentang kondisi ekonomi global dan domestik terkini tersebut dihadiri oleh Direktur Departemen Pengembangan Pasar Keuangan BI, Yoga Affandi; Direktur Tresuri & Internasional BNI, Rico Rizal Budidarmo; Chief Economist BNI, Kiryanto; serta 30 nasabah korporasi eksportir Jawa Timur.
Direktur Tresuri & Internasional BNI, Rico Rizal Budidarmo, mengungkapkan BNI berkomitmen ikut serta dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, antara lain dengan memberikan dukungan terhadap BI dalam mensosialisasikan dan memasarkan transaksi DNDF dan skema transaksi LCS. Tujuannya, agar produk tersebut lebih banyak dimanfaatkan para pelaku pasar, di antaranya para eksportir yang menjadi nasabah BNI.
ADVERTISEMENT
“Salah satu program BNI dalam mendukung aktifnya transaksi DNDF dan skema transaksi LCS adalah dengan mengangkat tema pada event “Economic Outlook 2019” dan customer gathering yang diadakan oleh BNI,” ujarnya.
DNDF merupakan transaksi derivatif valuta asing (valas) terhadap rupiah yang standar (plain vanilla) berupa transaksi forward dengan mekanisme fixing yang dilakukan di pasar domestik. Sedangkan mekanisme LCS merupakan kesepakatan kerja sama bilateral antara Indonesia dengan Malaysia dan Thailand untuk meningkatkan penggunaan mata uang lokal yaitu rupiah, ringgit, dan baht dalam transaksi pembayaran barang dan jasa antara Indonesia, Malaysia, dan Thailand.
Transaksi DNDF dan skema transaksi LCS merupakan salah satu langkah BI untuk memperdalam pasar keuangan domestik sekaligus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Produk DNDF diluncurkan pada akhir tahun 2018 dan saat ini sudah dilakukan relaksasi terkait ketentuan dokumen underlying pada Kuartal II tahun 2019.
ADVERTISEMENT
Relaksasi diberikan melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 21/7/PBI/2019, yang mengizinkan nasabah atau pihak asing yang melakukan penjualan valas melalui transaksi DNDF sampai nominal tertentu tanpa perlu menyampaikan dokumen underlying kepada bank. Dokumen underlying yang bersifat perkiraan dapat digunakan untuk transaksi diatas nominal tertentu.
Sementara itu, mekanisme transaksi LCS yang diluncurkan pada Triwulan I tahun 2018 masih perlu disosialisasikan lebih lanjut oleh BI agar eksportir mendapatkan manfaat penuh dari produk yang diluncurkan oleh BI tersebut. Mengingat, animo eksportir dan importir terhadap LCS cukup tinggi, yang terlihat dari total transaksi LCS dengan nasabah pada tahun 2018 (atau tahun pertama diluncurkannya LCS) sebesar Rp 1,15 triliun.
BNI mencatatkan terjadi peningkatan volume transaksi valas dengan nasabah sebesar 14,04 persen year-on-year (YOY) pada tahun 2018. Begitu juga volume transaksi lindung nilai (hedging) dengan nasabah BNI pada tahun 2018 meningkat hingga 27,53 persen YOY.
ADVERTISEMENT
Story ini merupakan bentuk kerja sama dengan Bank Negara Indonesia (BNI).