Pernah Heboh Datangkan Ratusan TKA China, PT BAI Klaim Siap Ekspor Alumina

22 Februari 2021 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja di pabrik aluminium. Foto: Michael Agustinus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja di pabrik aluminium. Foto: Michael Agustinus/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PT Bintan Alumina Indonesia (BAI) yang pernah menghebohkan karena mendatangkan ratusan TKA China di masa pandemi COVID-19, kini mengeklaim siap melakukan ekspor produk aluminanya ke Malaysia. BAI merupakan perusahaan investasi asal China di Kawasan Ekonomi Khusus Galang Batang, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, bergerak di bidang pengolahan aluminium dan smelter.
ADVERTISEMENT
"Kami mulai ekspor alumina pada Juni atau Juli 2021. Ekspor perdana ke Malaysia," kata Direktur Utama PT BAI, Santoni, di Tanjungpinang, Senin (22/2).
Ia mengatakan, PT BAI mulai membeli batu bauksit untuk diolah menjadi alumina pada Maret 2021. Perusahaan itu melirik bauksit lokal seperti dari Pulau Bintan, Lingga dan Karimun. Namun terbuka juga kemungkinan bauksit dibeli dari sejumlah kawasan pertambangan di Kalimantan. Pada prinsipnya, kata dia, perusahaan hanya membeli bauksit yang legal.
"Kami akan memeriksa kelengkapan dokumen penjual bauksit, termasuk nanti kami minta surat dari Dinas ESDM setempat, dan surat keterangan asal barang," ujarnya.
PT Bintan Alumina Indonesia (BAI). Foto: Ary/Batamnews
Tahun ini, PT BAI menargetkan 1 juta ton bauksit untuk dikelola menjadi alumina. Perusahaan dengan realisasi investasi lebih dari Rp 13 triliun di-KEK Galang Batang, itu belum melakukan ekspor ke perusahaan penerbangan Amerika Serikat karena produksi tahap awal dari pabrik pengelolaan hasil tambang (smelter) baru memproduksi alumina. Sementara kebutuhan perusahaan penerbangan Amerika Serikat itu adalah alumunium.
ADVERTISEMENT
Untuk memproduksi alumunium, perusahaan harus meningkatkan kapasitas pabrik dan mesin ke tahap ketiga. Jika Pemerintah Indonesia tertarik, alumina yang diproduksi PT BAI dapat ditingkatkan menjadi aluminium setelah dikelola perusahaan Inalum.
PT BAI dapat menyiapkan 50 persen alumina yang diproduksi untuk kepentingan perusahaan penerbangan dalam negeri.
"Selama ini Indonesia membeli dari Australia. Jika tertarik dengan hasil produksi perusahaan kami, tentu kami siap. Harganya tentu lebih murah," ujarnya.
Sebelumnya Santoni menyebut PT BAI merupakan perusahaan tunggal yang mengolah bauksit di Kepri. Perusahaan mulai beroperasi di awal 2021 ini, setelah menuntaskan pembangunan smelter sejak tiga tahun lalu. Nilai investasi yang ditanam untuk pembangunan PLTU dan smelter mencapai Rp 30 triliun. Sedangkan, lahan yang digunakan di KEK Galang Batang itu sekitar 2.300 hektare.
Pesawat Qingdao Airlines mengangkut TKA China mendarat di Bandara RHF Tanjungpinang, Kepri, Jumat (2/10). Foto: Ogen/ANTARA
Perusahaan ini pernah membuat heboh, karena mendatangkan sebanyak 150 tenaga kerja asing atau TKA China, pada Oktober 2020 lalu. Saat itu pemerintah sedang memperketat lalu lintas orang dari dan ke luar negeri, untuk mencegah penularan COVID-19. Di tengah kondisi itulah para TKA asal China itu tiba di Bandara Raja Haji Fisabilillah, Kota Tanjungpinang, dengan menggunakan pesawat Qinqdao Airlines, Jumat (2/10/2020).
ADVERTISEMENT
Sejumlah petugas medis dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Tanjung Pinang berpakaian lengkap alat pelindung diri (APD) siaga menyambut kedatangan para TKA China tersebut. Satu per satu TKA yang turun dari pesawat diperiksa suhu tubuh, diwajibkan mengisi e-Hac, menjalani tes cepat, dan menunjukkan hasil tes usap dengan hasil negatif dari negara asal.
"Protokol kesehatan di pintu masuk negara tetap diperketat guna mengantisipasi penyebaran COVID-19," ujar Kepala KKP Tanjungpinang, Agus Jamaluddin.