Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Pernyataan Donald Trump Beri Harapan Bagi Penguatan Rupiah
20 Juli 2018 9:05 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB

ADVERTISEMENT
Dolar AS turun dari posisi tertinggi secara tahunan pada Kamis (19/7) waktu Amerika Serikat (AS), setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan kekhawatirannya, tentang kurs mata uang yang terlalu kuat. Melunaknya mata uang negara Paman Sam itu, memberi peluang penguatan rupiah, setelah pada Kamis (19/7) sore WIB sempat menyentuh posisi Rp 14.501 per dolar AS.
ADVERTISEMENT
Mengutip data perdagangan Reuters, Kamis (19/7), dolar AS sore ini bertengger di posisi tertingginya di Rp 14.501. Posisi dolar AS saat ini sudah jauh lebih tinggi dari posisi pembukaan pagi tadi di Rp 14.400. Ini juga merupakan posisi dolar AS tertinggi sejak 2015. Secara year to date (ytd), dolar AS sudah menguat terhadap rupiah sebesar 6,88 persen.
Dalam wawancara dengan CNBC yang dikutip Reuters, Trump juga mengungkapkan ketidaksenangannya atas kebijakan bank sentral, Federal Reserve, yang terus menaikkan suku bunga acuan.
"Setiap kali (indikator-indikator ekonomi) kami naik, setiap kali juga Anda (suku bunga) naik. Mereka ingin menaikkan suku bunga lagi. Saya benar-benar tidak senang tentang itu. Tetapi pada saat yang sama saya membiarkan mereka melakukan apa yang mereka rasa terbaik," katanya.
ADVERTISEMENT

Trump yang berlatar belakang pebisnis, mengkhawatirkan tingginya suku bunga akan membebani ekonomi dan daya saing AS.
"Kami menduga komentar Presiden tentang suku bunga AS dan pasar mata uang kemungkinan akan mengakhiri reli dolar," kata analis pasar uang di ING, London, Viraj Patel.
Sebelumnya dalam pidato di Komite Perbankan Senat AS, Gubernur Federal Reserve, Jerome Powell menyatakan masih akan menaikkan suku bunga acuan (Federal Fund Rate) sebanyak 2 kali lagi hingga akhir 2018. Hal ini didasarkan pada membaiknya indikator ekonomi AS, seperti pasar kerja dan target inflasi sebesar 2 persen.
Selain pernyataan Trump tersebut, laporan keuangan perusahaan-perusahaan pada semester I 2018 yang mengecewakan, serta naiknya tensi perang dagang, membuat pasar saham melemah. Demikian juga dengan harga komoditas seperti mineral logam. Harga tembaga di pasar dunia jatuh ke level terendah dalam setahun terakhir.
ADVERTISEMENT