Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Billy Harianto menuturkan saat musim kemarau, petani akan kesulitan untuk menanam padi pada lahan kering. Sehingga biaya produksi harus ditambah dengan biaya pengairan.
"Musim kemarau kan panjang, yang tanam biaya gede, kan pompanisasi pakai solar. Musim hujan baru dua bulan, (masa tanam) padi empat bulan, (terdiri dari) garap tanah sebulan, terus tanam tiga bulan. Musim hujan kan baru dua bulan, yang sebulan kemarin mompa terus,” jelas Billy di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta pada Rabu (28/2).
Karena itu, Billy menyimpulkan penyebab utama kenaikan harga beras bukan kelangkaan stok. Apalagi pemerintah tidak menaikkan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang membuat beban produsen tambah berat.
ADVERTISEMENT
“Engga (langka), barangnya ada. Ada terus. Kalau mau ikutin HET memang berat untuk saat ini, sekarang gini aja, yang penting barang ada, mau mahal, yang penting ada. Kan waktu itu mahalnya satu bulan aja, tapi barangnya ada,”terang Billy.
Namun, Billy juga tidak menyangkal, sebelum panen raya berlangsung, harga beras memang kerap melambung. Menurutnya, hal ini sudah menjadi penyakit musiman bagi beras.
“Beras itu bukan tahun ini saja mahal, setiap tahun (harga beras) pasti tinggi, itu karena belum panen. Kalau belum panen pasti (harganya) tinggi,” imbuh Billy.
Hal serupa juga dikatakan oleh Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas ) Arief Prasetyo Adi, yang menyebut saat ini stok beras dalam keadaan cukup.
Arief menyampaikan hal ini saat mengecek ketersediaan beras di PIBC, Jakarta pada Rabu (28/2).
ADVERTISEMENT
“Kita mau cek sendiri bahwa kondisi stok beras itu aman, jadi kalau ada berita kondisi stok beras kurang, kita mau sampaikan stok beras cukup,” kata Arief di PIBC, Jakarta pada Rabu (28/2).