Persaingan Bisnis Digital Makin Ketat, Perbankan Diminta Perkuat Transformasi

26 Januari 2023 8:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
ADVERTISEMENT
Persaingan digital di sektor keuangan saat ini semakin ketat, utamanya dengan munculnya berbagai perusahaan teknologi digital (fintech). Meski demikian, perbankan diminta untuk terus memperkuat transformasi digital.
ADVERTISEMENT
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Institute Agus Sugiarto menilai, perkembangan digital yang begitu pesat telah memunculkan pemain-pemain baru di industri ini. Untuk itu, ia meminta perbankan untuk terus melakukan transformasi, namun di saat yang bersamaan terus menjamin perlindungan konsumen.
“Teknologi digital yang terus tumbuh, mendorong adanya transisi dari physical contactful menjadi physical contactless. Perubahan tersebut telah mengubah persaingan di industri jasa keuangan,” ujar Agus dalam webinar A New Competitive Landscape in the Banking and Financial Sector, Kamis (26/1).
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk melihat perkembangan digital justru memacu perseroan untuk terus mengembangkan dan meningkatkan layanan digital melalui perbaikan dan terobosan baru di segmen retail dan wholesale. Untuk itu, Bank Mandiri telah meluncurkan Livin Financial SuperApp pada 2021.
ADVERTISEMENT
“Kami mengintegrasikan seluruh financial services, juga dengan urban lifestyle ecosystem dalam satu aplikasi, jadi dalam hal desainnya Livin didesain sebagai sebuah journey,” kata Direktur Information Technology Bank Mandiri, Timothy Utama.
Bank Mandiri luncurkan fitur Livin' Sukha. Foto: Dok. Bank Mandiri
Menurut Timothy, fokus utama dari peluncuran Livin Financial Superapp tersebut adalah untuk membangun kapabilitas para nasabah dari kebiasaan yang konvensional menuju ke digital. Dalam setahun ini Livin sudah di-download kira-kira lebih dari 20 juta nasabah dan diprediksi terus bertambah.
“Perlu adanya penguatan dalam kapabilitas, realibilitas, ketersediaan, dan keamanan. Untuk itu saya menjalankan terus IT kami dalam hal modernisasi teknologi di jaringan keamanan dan juga back end kami secara end to end kami akan terus bertumbuh dan berinovasi dan dapat bertumbuh secara sustainable,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Direktur Digital dan Teknologi Informasi Bank BRI, Arga M Nugraha mengatakan, terdapat maturitas yang berbeda dari setiap lapisan masyarakat, misalnya antara perkotaan dan pedesaan. Ada yang sudah terliterasi dengan baik, sehingga lebih mudah didorong untuk beralih ke digital, namun juga ada yang belum terliterasi.
“Kami percaya dengan besarnya serta tersebarnya secara geografis nasabah kami, sehingga kami tetap mengedepankan pendekatan yang kami sebut hybrid bank,” jelas dia.
Dengan pendekatan ini, ia meyakini perubahan ke arah digital telah terjadi pada nasabah bank BRI. Saat ini sekitar 98,41 persen transaksi nasabah BRI dilakukan di channel digital, sementara sisanya sebanyak 1,59 persen masih dilakukan secara konvensional misalnya melalui kantor cabang, dan sebagainya.
Sementara itu, Komisaris Independen Bank Raya sekaligus Co-Founder Sayurbox Rama Notowidigdo membeberkan tantangan bagi digital banking yaitu bagaimana membangun ekosistem dalam pengembangan bisnis. Hal ini diperlukan agar ada koneksi antar merchant dalam melakukan pembayaran melalui digital banking.
ADVERTISEMENT
“Beruntungnya, Bank Indonesia (BI) telah mendukung payment system untuk memudahkan bertransaksi. Saat ini juga sudah ada QRIS, yang akan mempermudah digital bank masuk dan ber-partner dengan ekosistem dibandingkan membangun ekosistem sendiri,” kata Rama.
Ia menyadari dibutuhkan waktu yang lama untuk membangun ekosistem sendiri, meskipun sudah ada pembayaran menggunakan QRIS dalam mempermudah transaksi. Hal itu yang membuat bank digital akhirnya memilih menempel dengan ekosistem yang sudah ada dan tidak membangun ekosistem sendiri.
“Walaupun sudah ada tools menggunakan QRIS yang jauh lebih simpel, tapi harus tetap membangun transaksi, membangun merger dan akuisisi, nah ini akhirnya banyak bank digital yang maunya nempel dengan ekosistem contoh Aladin nempel dengan Alfamart dan sebagainya,” tambahnya.
ADVERTISEMENT