Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Pertamina dan Perhutani Sinergi Wujudkan Net Zero Emisi, Ini yang Mau Dilakukan
20 Juni 2022 14:36 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Langkah kedua perusahaan pelat merah itu juga untuk mewujudkan visi net zero emission di lingkup Kementerian BUMN dengan mengembangkan proyek Nature Based Solution (NBS) salah satunya melalui skema reduced emission from deforestation and forest degradation (REDD).
Proyek tersebut bertujuan untuk mengintensifkan kegiatan pelestarian hutan guna mengurangi pelepasan emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan serta memberikan dampak positif bagi penyerapan emisi karbon dan keanekaragaman lingkungan
Sinergi itu diwujudkan dalam penandatanganan Head of Agreement (HoA) Kerja Sama Pengembangan Proyek NBS oleh Chief Executive Officer Pertamina NRE Dannif Danusaputro dan Direktur Utama Perum Perhutani yang diwakili Direktur Operasi Natalas Anis Harjanto di Sentul Eco Edu Tourism Forest, Kabupaten Bogor pada Senin (20/06).
ADVERTISEMENT
Penandatangan HoA disaksikan oleh Wakil Menteri I BUMN Pahala Nugraha Mansury dan Direktur Logistik dan Infrastruktur PT Pertamina (Persero) Mulyono.
Kerja sama ini sebenarnya sudah diawali dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) pada Desember 2021 lalu. Kemudian ditindaklanjuti dengan serangkaian pengerjaan Pra-Feasibilty Study (FS) pada bulan Februari sampai Mei 2022, dan dilanjutkan audiensi dengan KLHK pada 7 Juni 2022, serta konsultasi regulasi melalui Focus Group Discussion dengan KLHK pada 15 Juni 2022 lalu.
Dalam arahannya, Pahala mengatakan NBS dan kerja sama antara Perhutani dan Pertamina NRE ini merupakan satu dari inisiatif strategis Kementerian BUMN untuk mendukung dekarbonisasi.
“Dengan adanya NBS kita berharap bisa menjaga lingkungan di sekitar kita. Kita mendorong adanya energi baru terbarukan, yang berkaitan dengan sektor energi mengingat sebagai salah satu penghasil emisi terbesar,” kata Pahala, Senin (20/6).
ADVERTISEMENT
Pahala menjelaskan Indonesia merupakan salah satu paru-paru dunia dengan luasan hutan serta kekayaan dan keanekaragaman hayati yang dimiliki. Ia mengungkapkan Indonesia didorong untuk menurunkan emisi dengan target sampai dengan 29 persen dalam waktu 10 tahun di 2030 nanti.
“Tentunya kita berharap proyek NBS untuk dapat memanfaatkan, mengelola, serta melestarikan wilayah hutan dengan potensi pengembangannya yang dalam hal ini Perhutani beserta anak perusahaannya berperan sebagai penyedia lahan (land co) sementara Pertamina NRE sebagai pengelola bisnis NBS melalui NBS co," ujar Pahala.
Sementara itu, Dannif menyampaikan Pertamina NRE mendapat tugas untuk mengawal transisi energi Pertamina. “Salah satu fokus bisnis kami adalah low carbon solutions di mana nature based solutions menjadi salah satu proyek utamanya. Proyek ini sangat berpotensi untuk mendukung target net zero emission. Untuk itu kami sangat antusias dengan kolaborasi dengan Perhutani yang memegang konsesi kehutanan negara,” tutur Dannif.
Dannif menyampaikan Pertamina NRE juga terus berupaya untuk meningkatkan utilisasi EBT di internal Pertamina dan mengembangkan solusi dekarbonisasi seperti EV ecosystem, Green Hydrogen, dan energy efficiency sebagai upaya untuk dapat mencapai target penurunan emisi Pertamina Group. Ia berharap dengan upaya-upaya tersebut serta kolaborasi dengan Perhutani Group dapat mendukung aspirasi Net Zero Emission Pertamina pada tahun 2060.
ADVERTISEMENT
“Pertamina juga berperan aktif dalam menyukseskan Presidensi G20 khususnya dalam isu transisi energi berkelanjutan,” terang Dannif.
Pada kesempatan yang sama, Natalas menjelaskan selain menekan laju deforestasi, tujuan atas kerja sama tersebut adalah memperluas tutupan lahan yang akan meningkatkan kemampuan kawasan hutan untuk menyerap emisi gas rumah kaca.
“Sudah teridentifikasi sebanyak 9 calon lokasi di wilayah kawasan hutan milik Perhutani Group yang akan menjadi objek dan lokasi dari project ini. Ke 9 calon lokasi ini lebih lanjut akan dilakukan FS untuk mengetahui kelayakan project dari khususnya terkait dampak terhadap lingkungan serta sisi finansial maupun operasional,” ujar Natalas.
Natalas menambahkan berdasarkan hasil Pre FS, NBS Project pada kesembilan lokasi ini akan mampu menghasilkan karbon kredit lebih dari 11,6 juta ton CO2 per tahun. Sehingga dengan skema bisnis yang tepat, maka project ini akan mampu menjadi bisnis baru yang memberikan nilai tambah pada kedua belah pihak.
ADVERTISEMENT
Adapun upaya dekarbonisasi yang akan dilaksanakan oleh Perum Perhutani, kata Natalas, di antaranya menekan atau mengurangi kerusakan hutan dan meningkatkan rehabilitasi lahan, menekan kebakaran hutan, mengganti penggunaan Marine Fuel Oil (MFO) menjadi Compressed Nature Gas (CNG) pada industri hasil hutan.
Selain itu, di bidang tanaman Perhutani juga mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Untuk Nature Based Solutions (NBS) merupakan salah satu solusi yang mengacu pada pengelolaan dan optimasi sumberdaya alam yang berkelanjutan melalui rekonfigurasi pengelolaan.
Dalam kegiatan penandatangan Kerja Sama Pengembangan Proyek NBS oleh Pertamina dan Perhutani ini juga dilakukan penanaman bersama bibit pohon damar di wilayah Sentul Eco Edu Tourism Forest sebagai simbolis dimulainya kerja sama antara kedua perusahaan tersebut.