Pertamina Genjot Bangun Depot LPG di Indonesia Timur

30 Juli 2018 16:32 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas beraktivitas di area Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Maumere di Sikka, Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (30/7). (Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas beraktivitas di area Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Maumere di Sikka, Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (30/7). (Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
ADVERTISEMENT
PT Pertamina (Persero) membangun 4 depot LPG Pressurized (LPG yang dicairkan untuk mempermudah distribusi) di wilayah Indonesia Timur, yaitu di Bima, Kupang, Wayame, dan Jayapura.
ADVERTISEMENT
Direktur Logistik, Supply Chain dan Infrastruktur PT Pertamina (perssero), Gandhi Sriwidodo, mengatakan pembangunan depot LPG ini dalam rangka konversi atau pengalihan penggunaan minyak tanah subsidi yang masih marak di wilayah timur Indonesia, menjadi LPG subsidi.
Selain itu, pembangunan proyek ini juga bertujuan sebagai efisiensi pola suplai dengan menghilangkan Floating Storage and Offloading (FSO) yang selama ini digunakan sebagai media penampungan sementara.
"Kalau di Lombok kita sudah selesai bangun untuk konversi di Lombok. Kemudian dilanjutkan ke Kupang dan Bima," kata Gandhi ketika Ekspose Proyek Strategis Hilir dan Groundbreaking Pengembangan TBBM Maumere di Maumere, Kabupaten Sikka, Senin (30/7).
Untuk depot terminal LPG Bima, investasi yang akan digelontorkan Pertamina mencapai Rp 271,7 miliar dengan kapasitas 1000 MT. Sementara untuk Kupang akan dibangun 2 tangki LPG dengan kapasitas masing-masing 500 MT.
ADVERTISEMENT
Besaran capex (capital expenditure) dari proyek pembangunan depot terminal LPG Kupang sebesar Rp 271,7 miliar. Sementara untuk Jayapura, Pertamina mengucurkan dana sebesar Rp 273,5 miliar untu 2 tangki LPG dengan kapasitas masing-masing 1000 MT.
Gandhi mengatakan ke depannya wilayah Flores juga akan dibangun Depot LPG. Sebab, permintaan LPG di wilayah Flores sudah mulai mengalami pertumbuhan.
Adapun untuk wilayah NTT sendiri, Gandhi menuturkan, dalam sehari masyarakat mengonsumsi 277 kilo liter (KL) minyak tanah. Nantinya, dengan adanya depot ini maka konsumsi minyak tanah akan tergantikan dengan 80 ton LPG dalam sehari.
"Kalau di Kupang itu sehari bisa 20 ton (LPG), Bima mungkin 15 ton, Flores juga mungkin 15 ton," ujar Gandhi.
ADVERTISEMENT