Pertamina Kaji Kenaikan Impor Migas dari AS untuk Negosiasi Tarif Trump

10 April 2025 18:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
VP Coporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, saat ditemui di The Patra Bali, Selasa (11/2/2025). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
VP Coporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, saat ditemui di The Patra Bali, Selasa (11/2/2025). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
ADVERTISEMENT
PT Pertamina (Persero) sedang mengkaji kenaikan impor LPG dan LNG dari Amerika Serikat (AS) sebagai salah satu bahan negosiasi terkait tarif impor resiprokal yang diterapkan Presiden AS Donald Trump.
ADVERTISEMENT
Trump menunda penerapan tarif impor jilid II yang seharusnya berlaku efektif Rabu (9/4). Periode penundaan berlaku 90 hari ke 75 negara, kecuali China.
Meski menunda 3 bulan, Trump tetap mengenakan tarif impor minimal yaitu 10 persen, termasuk Indonesia yang sebelumnya kena 32 persen.
VP Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, mengatakan perusahaan menunggu arahan pemerintah lebih lanjut terkait kenaikan impor produk migas dari AS sembari melakukan kajian internal.
"Kita akan melihat dan menunggu nanti bagaimana arahan pemerintah sambil kita juga tentu akan kaji secara internal," kata Fadjar saat dihubungi kumparan, Kamis (10/4).
Ilustrasi pertamina. Foto: Dok. Pertamina
Fadjar mengungkapkan sejauh ini AS memang menjadi salah satu asal impor produk migas Pertamina, baik itu LPG maupun LNG. Namun, dia tidak menjelaskan secara rinci porsi impornya.
ADVERTISEMENT
"Saat ini kita masih ada juga untuk pengadaan produk migas dari AS," ujar Fadjar.
Fadjar juga tidak mengonfirmasi terkait potensi penurunan impor migas dari negara lain imbas pemerintah akan fokus kepada impor dari AS. Pertamina, kata dia, akan menunggu kajian dari pemerintah.
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memastikan akan mengutamakan impor bahan baku LPG dari Amerika Serikat (AS), dibanding negara lain.
Kepala SKK Migas Djoko Siswanto mengatakan dengan rencana meningkatnya impor LPG dari AS, pihaknya akan mengurangi kontak impor dari negara lain, terutama dari Timur Tengah.
"Volumenya iya (naik dari AS), iya berkurang dari Timur Tengah," kata Djoko saat ditemui di Hotel Fairmont Jakarta, Rabu (9/4).
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan LPG menjadi salah satu barang yang sudah cukup banyak diimpor dari AS, bahkan mencapai 54 persen dari total impor Indonesia. Namun, pemerintah kini mempertimbangkan untuk meningkatkan lagi volume impor tersebut.
“Nah, khususnya di sektor ESDM, memang 54 persen impor kita LPG itu dari Amerika. Dan kita tahu bahwa impor minyak kita kan cukup besar. Nah, ini yang kami lagi meng-exercise untuk kemudian dijadikan sebagai salah satu komoditas yang bisa kita beli di Amerika,” kata Bahlil.
Selama ini, Indonesia juga mengimpor LPG dari negara-negara lain seperti Singapura, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin. Namun, pemerintah mempertimbangkan pengurangan volume dari beberapa negara tersebut demi menyesuaikan strategi perdagangan.
ADVERTISEMENT
Selain LPG, pemerintah juga tengah menghitung kemungkinan menambah impor minyak dari AS. Saat ini, kontribusi minyak dari AS terhadap total impor RI masih sekitar 4 persen.