Pertamina Klaim Penjualan Pertalite & Solar Turun, Ini Alasannya

13 September 2023 12:39 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas melayani pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertalite di salah satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum. Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Izfaldi
zoom-in-whitePerbesar
Petugas melayani pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertalite di salah satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum. Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Izfaldi
ADVERTISEMENT
PT Pertamina (Persero) mencatat penurunan permintaan BBM bersubsidi Pertalite dan Solar sepanjang tahun ini dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang trennya terus mengalami peningkatan.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Patra Niaga, Riva Siahaan, mengatakan laju pertumbuhan permintaan Jenis BBM Tertentu (JBT) Solar dan Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) Pertalite menurun bahkan dibandingkan realisasi tahun lalu.
"Dibandingkan demand di 2022, pertumbuhan demand JBT Solar dan JBKP Pertalite di 2023 ini secara pertumbuhan mengalami penurunan, jadi tetap ada pertumbuhan, tapi memang tidak secepat pada tahun-tahun sebelumnya," jelasnya saat rapat dengar pendapat (RDP) Komisi VII DPR, Rabu (13/9).
Hal ini, menurut Riva, diakibatkan oleh upaya Pertamina dalam digitalisasi SPBU dan program Subsidi Tepat Sasaran yang dilakukan untuk membatasi pembeli Solar, Pertalite, dan LPG 3 kilogram.
Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan. Foto: Akbar Maulana/kumparan
Riva memaparkan, tren permintaan Solar dibandingkan dengan realisasi tahun 2022 secara kuota lebih rendah 4,8 persen. Sementara untuk Pertalite mengalami peningkatan dibandingkan realisasi 2022.
ADVERTISEMENT
"Namun demikian, untuk JBKP Pertalite dapat kami sampaikan bahwa untuk prognosa 2023 itu secara realisasi diharapkan masih berada di bawah kuota APBN 2023," lanjutnya.
Sedangkan dari tren subsidi dan kompensasi Pertamina, lanjut dia, secara total mengalami penurunan sebesar 36,7 persen dibandingkan tahun 2022 yang memang melonjak cukup drastis.
"Jika di-breakdown antara subsidi dan kompensasi, untuk subsidi dibandingkan 2022, prognosa tahun 2023 mengalami penurunan 13,2 persen. Sementara untuk kompensasi mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu 59,5 persen," ungkap Riva.
Riva menyebutkan, sebelum diterapkannya program digitalisasi SPBU dan Subsidi Tepat Sasaran melalui pendaftaran MyPertamina, laju pertumbuhan permintaan Solar dan Pertalite rata-rata di angka 6 persen. Adapun di tahun ini menurun menjadi 4,8 persen.
ADVERTISEMENT
Akibat penurunan permintaan BBM subsidi ini, dia mencatat adanya peningkatan permintaan BBM nonsubsidi perseroan seperti Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex.
"Ini adalah salah satu indikator di mana ketika pertumbuhan semakin lambat dalam demand BBM subsidi, maka ada peralihan konsumsi dari BBM subsidi ke BBM nonsubsidi, ini juga diindikasikan dengan adanya pertumbuhan penjualan BBM nonsubsidi," tutur Riva.
Selain itu, Pertamina juga mencatat adanya penurunan penyelewengan pembelian BBM subsidi di setiap SPBU, seperti pembelian lebih dari satu kali per hari dan melebihi volume yang telah ditetapkan.
"Ini masuk dalam sinyal exception dan indikasinya ketika kita melakukan atau implementasikan subsidi tepat, sinyal exception ini turun drastis, ini dampak dari program digitalisasi tersebut," pungkas Riva.
ADVERTISEMENT