Pertamina Pastikan Tak Ada yang Tertinggal dalam Transisi Energi

22 Januari 2023 16:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati (kedua dari kiri) bersama sejumlah panelis di Indonesia Pavilion, Davos, Swiss, Rabu (19/1/2023). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati (kedua dari kiri) bersama sejumlah panelis di Indonesia Pavilion, Davos, Swiss, Rabu (19/1/2023). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
ADVERTISEMENT
PT Pertamina (Persero) terus memimpin transisi energi di Indonesia dan memastikan seluruh segmen masyarakat dapat menerima manfaatnya. Hal tersebut juga merupakan komitmen global dan menjadi bagian dari rekomendasi kebijakan dari Business 20-Task Force Energy, Sustainability, and Climate (B20-TF ESC) dalam gelaran G20 November 2022 di Bali.
ADVERTISEMENT
B20-TF ESC telah melahirkan enam rekomendasi kebijakan untuk mempercepat transisi energi yang mengakomodasi tantangan, peluang, dan risiko yang terkait peningkatan transisi yang adil dan teratur di negara berkembang.
“Ada enam kebijakan, tapi tujuan utamanya adalah tidak ada yang tertinggal dalam masa transisi, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah,” ujar Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati di Paviliun Indonesia pada World Economic Forum (WEF) yang digelar di Davos, Swiss, Rabu (18/1).
Nicke yang juga menjabat sebagai co-Chair B20-TF ESC pada G20 tahun 2022 mengatakan Indonesia merupakan negara berkembang pertama yang memegang Presidensi G20. Menurutnya, rekomendasi tersebut diperlukan untuk mempercepat transisi energi. Keenam rekomendasi kebijakan tersebut antara lain secara progresif meningkatkan kuantum, prediktabilitas, dan kemudahan aliran pembiayaan ke negara-negara berkembang.
Indonesia Pavilion kembali hadir World Economic Forum 2023 di Davos, Swiss, Selasa (17/1/2023). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
B20-TF ESC juga harus memastikan partisipasi UMKM dalam kegiatan transisi energi dengan pembiayaan dan capacity building. Mereka harus memfasilitasi adopsi teknologi oleh rumah tangga dan UMKM untuk penggunaan energi yang efisien, bersih, dan modern.
ADVERTISEMENT
Rekomendasi kebijakan lain yang diperlukan, lanjut Nicke adalah percepatan penerapan solusi akses listrik terintegrasi, termasuk off-grid dengan partisipasi masyarakat dan elektrifikasi berbasis grid untuk memperluas akses energi dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi.
Satgas harus menerapkan kebijakan dengan memastikan transisi yang teratur di sumber energi primer. Lalu yang terakhir adalah perlunya kebijakan untuk mendukung inovasi teknologi iklim dengan mendukung start-up dan riset universitas dengan teknologi, pembiayaan, sumber daya manusia yang terampil, pengetahuan, dan fasilitas bersama.
Satgas juga memiliki prioritas seperti mempercepat penggunaan energi berkelanjutan, memastikan transisi yang adil dan terjangkau, serta meningkatkan keamanan energi.
Nicke mengatakan, kolaborasi antara negara maju dan negara berkembang diperlukan sebagai key enabler untuk mencapai tiga prioritas tersebut.
ADVERTISEMENT
B20, kata Nicke, berperan sebagai katalis dan mendorong perusahaan atau negara untuk menjalin kemitraan global. Setidaknya ada 36 kesepakatan kemitraan yang melibatkan 11 negara dengan potensi nilai proyek sekitar 11,5 miliar dolar AS yang dijabarkan di B20-TF ESC.
Selain itu, terdapat pula 12 peluang kemitraan, lima acara business matching, dan dua kolaborasi dengan platform investasi dalam business matching avenue di B20-TF ESC. Oleh karena itu, aksi bisnis tersebut ditempuh melalui kemitraan global untuk mewujudkan rekomendasi kebijakan.
B20-TF ESC adalah gugus tugas yang dihasilkan oleh keterlibatan kelompok B20 di forum G20, di mana Indonesia bertindak sebagai presiden pada tahun 2022. Gugus tugas menangani masalah yang berkaitan dengan energi, keberlanjutan, dan iklim dalam upaya bersama negara-negara anggota untuk mengatasi perubahan iklim.
ADVERTISEMENT