Pertamina Rugi Rp 11 Triliun di Semester I 2020, Kondisi Juli Mulai Berbalik

27 Agustus 2020 22:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi SPBU Pertamina. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi SPBU Pertamina. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
BUMN sektor migas PT Pertamina (Persero) didera kerugian di sepanjang semester I 2020. Pada paruh pertama tahun ini, Pertamina rugi USD 767 juta atau setara Rp 11,28 triliun.
ADVERTISEMENT
Direktur Keuangan Pertamina, Emma Sri Martini, menjelaskan penyebab utama Pertamina rugi adalah anjloknya total penjualan dan pendapatan usaha lainnya dari USD 25,54 miliar menjadi USD 20,48 miliar atau sekitar 4,7 persen.
"Ini beda sekali dengan krisis sebelumnya. Biasanya kalau terdampak itu volatilitas kurs dan crude price (harga minyak mentah), kalau sekarang demand yang signifikan pada revenue kita. Bahkan kondisi sekarang ini lebih berat dari krisis finansial," kata Emma dalam rapat dengar pendapat Komisi VII DPR RI, Rabu (26/8).
Dua penyebab lain adalah rugi kurs, serta anjloknya harga minyak mentah di pasar global.
Tapi kinerja Pertamina di bulan Juli mulai membaik. Pertamina mencatat volume penjualan seluruh produk sebesar 6,9 juta Kilo Liter (KL) atau meningkat 5 persen dibandingkan Juni 2020 yang 6,6 juta KL. Sementara, dari sisi nilai penjualan, pada Juli berada di kisaran USD 3,2 miliar atau terjadi kenaikan sebesar 9 persen dari bulan sebelumnya yang mencapai USD 2,9 miliar.
VP Corporate Communication PT Pertamina (persero), Fajriyah Usman. Foto: Helmi Afandi/kumparan
“Salah satu shock yang dialami pada masa pandemi COVID-19 adalah penurunan demand BBM, namun seiring pemberlakuan adaptasi kebiasaan baru dan pergerakan perekonomian nasional, tren penjualan Pertamina pun mulai merangkak naik,” ujar Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman, di Jakarta (27/8).
ADVERTISEMENT
Dengan perbaikan ini, Pertamina berusaha membalik keadaan di semester II 2020 sehingga bisa meraup untung secara tahunan. Strategi yang diterapkan dari berbagai aspek baik operasional maupun finansial, sehingga laba bersih pun beranjak naik sejak Mei sampai Juli 2020 dengan rata-rata sebesar USD 350 juta setiap bulannya.
"Mulai Mei berlanjut Juli, dan ke depannya, kinerja makin membaik. Dengan laba bersih (unaudited) di Juli sebesar USD 408 juta, maka kerugian kumulatif dapat ditekan dan berkurang menjadi USD 360 juta atau setara Rp 5,3 Triliun. Dengan memperhatikan trend yang ada, Pertamina optimistis kinerja akan terus membaik sampai akhir tahun 2020,” kata Fajriyah.