Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
ADVERTISEMENT
PT Pertamina (Persero) mengakui nozzle di 5.518 di seluruh Indonesia belum semuanya melakukan digitalisasi. Sebelumnya, perusahaan memasang target akhir 2018 atau awal 2019, proyek pemasangan alat-alat di SPBU ini selesai dilakukan.
ADVERTISEMENT
Direktur Pemasaran Ritel Pertamina, Mas'ud Khamid mengatakan, alasan belum selesainya proyek tersebut karena terkendala berbagai hal. Salah satunya adalah SPBU-SPBU yang ada di Indonesia merupakan konstruksi lama.
"Kenapa terlambat? Proyeksi yang ditetapkan di akhir Desember (2018) ke Juni (2019), lalu ke akhir tahun. SPBU kita konstruksinya bukan baru, jadi harus hati-hati sekali melakukannya, Telkom mulai dari nol (pasangnya) sambil SPBU tetap jualan. Waktunya terbatas dari jam 10 malam sampai jam 5 pagi," kata dia di Gedung BPH Migas, Jakarta, Rabu (21/8).
Adapun perkembangan digitalisasi nozzle per hari ini, kata dia tetap berjalan. Dari 5.518 SPBU Pertamina , instalasi alat ukurannya sudah selesai dilakukan. Kemudian pemasangan sensor di tangki sudah selesai.
ADVERTISEMENT
Sementara pemasangan mesin EDC untuk pembayaran baru terpasang 1.400 dari 2.000 unit. Di Jakarta sendiri, sudah ada 130 EDC yang telah terintegrasi dengan alat-alat digitalisasi nozzle lainnya.
Digitalisasi adalah program alat ukur di tangki minyak, sensor di pipa, dan memasang server untuk transaksi. Dengan pemasangan itu semua, Pertamina bisa memonitor transkasi BBM yang dijual dan dibeli SPBU, termasuk sisa stoknya
"Kedua, kita bisa tahu stok, habisnya sudah berapa jam. Selama ini stok habis itu kita tahunya telat. Setelah integrasi, jadi tahu stok akan selalu terjaga. Ketiga, SPBU mana yang penjualan subsidinya tidak wajar," kata dia.
Tahun depan, Pertamina bakal mengintegrasikan data pembeli BBM di SPBU melalui nomor polisi kendaraan konsumen. Datanya akan diminta dari Korlantas Polri.
Sementara Pertamina masih berusaha mendigitalisasi nozzle SPBU mereka, badan usaha PT AKR Corporindo Tbk sudah lebih dulu melakukannya.
ADVERTISEMENT
Head of Petroleum Retail AKR, Muliady Jahya bercerita bahwa SPBU-SPBU AKR sudah menggunakan teknologi digital pada nozzle mereka sejak diberi penugasan oleh pemerintah untuk menyalurkan Solar. Dengan digitalisasi itu, tiap kendaraan yang datang untuk isi Solar subsidi harus diinput lebih dulu.
"Kalau enggak daftar, minyak (BBM) enggak keluar. Kami juga melakukan pembatasan kuota per kendaraan, maksimum setting sudah bisa di-set, otomatis tidak bisa berisi," kata dia di tempat yang sama.
Pun dengan layanan ke nelayan. Kata Muliady, perusahaan mengatur data yang masuk sesuai dengan departemen perikanan. Jadi ketika nelayan datang, sudah ketahuan telah menyalurkan berapa, termasuk juga kita memberikan pembatasan stok, AKR sudah masang Automatic Tank Gate (ATG).
ADVERTISEMENT
"Jadi sistem (digitalisasi nozzle) itu sudah kita lakukan," ucap dia.