news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Minus 5,3 Persen, Saatnya Investor Beli Saham

5 Agustus 2020 13:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Saham. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Saham. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2020 minus 5,32 persen (year-on-year/ yoy). Angka tersebut jauh merosot dibandingkan pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 yang tumbuh 2,97 persen (yoy) maupun dibandingkan kuartal II 2019 yang mampu tumbuh 5,05 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan ekonomi yang negatif ini justru berbanding terbalik dengan kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berakhir di zona hijau menutup perdagangan bursa saham siang ini.
Pada perdagangan sesi I, Rabu (5/8), IHSG ditutup menguat 8,555 poin (0,17 persen) ke 5.083,557. Sementara indeks LQ45 ditutup menguat 3,273 poin (0,41 persen) ke 793,174.
Menanggapi hal tersebut, Head of Research MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengatakan, IHSG justru berada pada tren positif karena investor beranggapan bahwa data pertumbuhan ekonomi tidak seburuk yang diperkirakan sebelumnya.
“Ternyata data GDP Indonesia kuartal II 2020 tidak separah yang diperkirakan. Makanya IHSG ditutup hijau alias menguat di Sesi 1,” ungkap Edwin kepada kumparan, Rabu (5/8).
Ilustrasi pergerakan saham. Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Untuk itu menurut Edwin, sudah saatnya para investor move on dari rilis data tersebut dan mulai fokus pada perekonomian ke depan.
ADVERTISEMENT
“Sudah harus melupakan data GDP Q2 2020. Tetapi mulai fokus je data GDP Q3 2020 yang pastinya akan jauh lebih bagus,” ujarnya.
Edwin pun menyarankan agar investor tidak perlu panik merespons rilis data pertumbuhan ekonomi tersebut. Bahkan menurutnya, saat ini justru saatnya para investor untuk melakukan aksi beli. Sebab ke depan pertumbuhan ekonomi diprediksi akan membaik sehingga ini kesempatan bagus bagi investor untuk mulai berinvestasi.
“Jadi, investor sudah seharusnya mulai akumulasi beli saham mengantisipasi data GDP yang lebih bagus kedepannya,” tandasnya.
Adapun selama perdagangan saham sesi 1, tujuh dari 10 indeks sektoral menguat. Penguatan paling tinggi dipimpin sektor pertambangan yang naik 1,17 persen.
Sebanyak 165 saham naik, 221 saham turun, dan 151 saham stagnan.
ADVERTISEMENT
Frekuensi saham ditransaksikan sebanyak 475.600 kali dengan total volume perdagangan sebanyak 5,428 miliar saham senilai Rp 4,713 triliun. Dana asing keluar tercatat Rp 201,544 miliar. Sementara kapitalisasi pasar mencapai Rp 5.909,594 triliun.
Saham-saham pendorong indeks atau top gainers siang ini di antaranya Kimia Farma (KAEF) naik 430 poin (18,86 persen) ke Rp 2.710, Indofarma (INAF) naik 410 poin (17,98 persen) ke Rp 2.690, J Resources Asia Pacific (PSAB) naik 20 poin (7,63 persen) ke Rp 282, United Tractors (UNTR) naik 1.175 poin (5,75 persen) ke Rp 21.625, dan Smarfren Telecom (FREN) naik 7 poin (5,30 persen) ke Rp 139.