Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Perum PPD yang Pede Mampu Bersaing di Bisnis Transportasi Publik
8 Desember 2018 16:33 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
ADVERTISEMENT
Perum Perusahaan Pengangkutan Djakarta (PPD ) sudah keluar dari masa-masa kritisnya pada 2012. Kini, pelan tapi pasti, laba perusahaan terus bertambah dari Rp 156 juta pada 2013, kini bisa meraup Rp 12,8 miliar pada triwulan III 2018.
ADVERTISEMENT
Tapi, perusahaan tidak boleh berpuas diri. Direktur Utama Perum PPD, Pande Putu Yasa , mengatakan masih banyak tugas yang mesti dilakukan agar perusahaan terus berjalan.
PPD bangkit dengan memiliki banya bus saat Transjakarta sudah ada dan eksis. Karena itu, Pande melihat perusahaan tidak mungkin mengambil pasar Transakarta.
Tapi, dia justru melihat tantangan ini sebagai peluang dengan cara melakukan kerja sama TransJakarta. Caranya, 600 bus yang didapat PPD dari Kementerian Perhubungan pada 2015, sebanyak 494 unit dilabeli sebagai bus Transjakarta, dengan begitu bus-bus PPD bisa masuk jalur busway.
“Dari 494 unit itu dibayar rupiah per kilometer (oleh TransJakarta). Per kilometernya hampir Rp 9.000 sekian. Itu pendapatannya sudah di depan mata," kata Pande saat bercerita kepada kumparan, Sabtu (8/12).
ADVERTISEMENT
Pande menjelaskan, langkah ini diambil untuk bisa menyesuaikan diri dengan TransJakarta yang sudah lebih dulu berjalan. Kata dia, antara PPD dan TransJakarta saling membutuhkan sebab, meski penumpang TransJakarta banyak dengan rute yang juga beragam, kebanyakan konsumennya merupakan warga yang tinggal di kota peyangga ibu kota. Dan peluang ini yang diambil perusahaan untuk mendapatkan penghasilan.
Selain itu, perusahaan juga membua juga buka layanan TransJabodetak yang bekerja dengan BPTJ yang berada di Kementerian Perhubungan. Dari Transjabodetabek ini muncul JA Connection, ada juga Transjabodetabek Premium yang terdiri dari banyak rute.
Tantangan lain yang harus dihadapi PPD adalah keberadaan transportasi umum seperti LRT dan MRT. Kata dia, ada anggapan yang berkembang di masyarakat jika kedua transportasi layang dan berbasis rel itu jadi, kendaraan bus seperti PPD akan mati.
ADVERTISEMENT
Tapi, Pande melihat hal ini justru sebagai peluang sama ketika dia melihat TransJakarta. Dengan adanya LRT dan MRT, Pande menjelaskan, PPD akan membuat rute yang akan penumpang dari dan ke TOD LRT dan MRT.
“Ada ya bilang ada LRT, nanti angkutannya sepi. Tapi bagi saya enggak karena sebelum orang mau naik LRT, naik apa? Masa jalan kaki? Peluang itu yang kita lihat,” kata dia.
Pande menjelaskan, dalam bisnis trasportasi, yang terpenting bukan punya armada tapi izin trayek. Di masa jayanya, perusahaan pernah memiliki ratusan izin trayek tapi hilang satu per satu karena masalah yang mendera. Kini, Pande ingin memaksimalkan rute yang ada dan menghidupkan lagi rute yang sempat mati.
ADVERTISEMENT
“Kalau kita punya izin trayek, enggak punya bus, kita bisa kerja sama dengan pihak ketiga. Tapi kalau enggak punya bus, tapi enggak punya izin trayek, prestasi kita hancur. PPD dulu sudah punya. Ada 50 izin trayek pada saat itu yang belum bisa kita kembangkan. Itu yang kita jadikan peluang. Kalau orang kan lihat sebagai halangan, saya lihat sebagai tantangan,” katanya.
Sementara itu, Direktur Operasional Perum PPD, Bambang Suryo Susakti, mengatakan mimpi lain yang ingin dikembangkan perusahaan adalah menerapkan sistem e-ticketing 100 persen di dalam semua bus yang dioperasikan perusahaan. Jadi, PPD akan membuat sistem alat pembayaran EDC di busnya bisa digunakan semua kartu bank.
Saat ini, sudah ada 10 perusahaan bank yang bergabung. Sudah ada 10 bus juga yang diuji coba. Harapannya, bisa berjalan semua pada 2019.
Jauh ke depan, kata dia, perusahaan juga ingin mesin-mesin ini bisa dipasang di dalam bus dekat supir duduk seperti di film Korea. Jadi, penumpang tinggal masuk dan tapping sendiri. Lebih dari itu, dia juga akan membuat sistem pembayaran bus bisa dilakukan dengan sistem QR Code.
ADVERTISEMENT
“Nanti arahnya ke situ. Sebenarnya, kita juga sudah kerja sama dengan aplikasi GlaD. Jadi mereka bisa lihat dan pesan kursi bus di sana,” kata dia.
Bahkan, di kalangan penumpang Transjabodetabek Premium, para supir dan penumpang membuat grup WhatsApp. Gunanya untuk berkomunikasi untuk menjemput penumpang dan update jadwal keberangkatan bus.