Perusahaan Komoditas Pertanian Terbesar di Dunia PHK Ribuan Pekerja

3 Desember 2024 19:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Perusahaan Cargill. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Perusahaan Cargill. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Perusahaan multinasional asal AS, Cargill Inc. memangkas ribuan pekerja secara global karena keuntungan menyusut. Perusahaan akan melakukan PHK sekitar 5 persen dari 164.000 pekerja hingga 2030.
ADVERTISEMENT
Keputusan ini tertuang dalam memo internal pekerja yang bocor kepada Bloomberg seperti yang dikutip, Selasa (3/12).
Pengurangan besar-besaran pekerja ini disebut tidak berdampak terhadap tim eksekutif, tetapi pegawai senior akan terdampak menurut orang yang mengetahui peristiwa ini dan tidak ingin disebutkan identitasnya karena alasan personal.
Selain Cargill, kompetitor perusahaan seperti Bunge Global SA dan Archer Daniels-Mindland Co. mengalami penyusutan pendapatan usai panen bumper membuat harga jagung dan kedelai rontok.
Bagi Cargill kondisi diperparah dengan pertumbuhan anak-anak sapi yang mengecil dalam 7 dekade terakhir. Sebab, Cargill telah menghabiskan banyak dana untuk mengubah bisnis utama menjadi pengolah daging sapi terbesar ketiga di AS.
Ilustrasi Perusahaan Cargill. Foto: Shutterstock
"Sebagian besar pengurangan pegawai ini akan terjadi pada tahun ini," kata Chief Executive Officer Brian Sikes dalam memo tersebut.
ADVERTISEMENT
Perusahaan perdagangan komoditas pertanian terbesar di dunia ini akan fokus untuk merampingkan struktur organisasi dan memperluas tanggung jawab kerja dan mengurangi pekerjaan yang dobel.
Perusahaan sektor pangan terbesar di dunia ini menyampaikan kepada para pekerja pada awal tahun ini bahwa akan terjadi sejumlah pengurangan di divisi unit bisnis "Termasuk mengurangi 200 pekerja IT di berbagai daerah," tulis laporan tersebut.
Laba perusahaan turun menjadi USD 2,48 miliar pada tahun ini hingga akhir Mei, terendah sejak 2015-2016, menurut laporan Javier Blas dari Bloomberg Opinion. Jumlah tersebut kurang dari setengah rekor laba bersih sekitar USD 6,7 miliar yang dihasilkan pada tahun fiskal 2021-22.