Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.106.0
Perusahaan Kuwait Bakal Gandeng Pertamina-Medco Garap Blok Natuna D Alpha
20 Mei 2025 14:07 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto, mengatakan KUFPEC sudah merampungkan proses join study di Blok Natuna-D Alpha, blok migas bagian dari Blok East Natuna yang menyimpan harta karun gas bumi raksasa.
"Join study-nya sudah selesai, dia lagi cari partner, paling enggak 4 partner yang diajak sama nanti KUFPEC," ungkapnya saat ditemui di sela acara IPA Convex 2025, Selasa (20/5).
Djoko mengungkapkan beberapa mitra merupakan perusahaan migas asal Indonesia, seperti PT Pertamina (Persero) dan MedcoEnergi. Namun, dia tidak menyebutkan 2 mitra lain apakah perusahaan asing atau domestik.
"Salah satunya adalah Pertamina, kemudian Medco," katanya.
Sebelumnya, Mantan Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, mengatakan KUFPEC berminat melaksanakan joint study di Blok Natuna D-Alpha. Menurutnya, blok migas ini memiliki kandungan CO2 hingga 72 persen, menjadi tantangan tersendiri dalam pengembangannya.
ADVERTISEMENT
Selama ini, pihaknya mencari solusi pengelolaan CO2 tersebut. Akhirnya, lanjut dia, CO2 yang terkandung di blok tersebut rencananya akan diinjeksi kembali ke dalam bumi dengan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCS/CCUS).
"Waktu kemarin kan memang pertanyaannya 72 persen ini mau ke mana, enggak mungkin dilepas ke udara. Dengan teknologi CCS dan CCUS ini dicoba mungkin ini bisa digunakan untuk mengembangkan Natuna D-Alpha itu," jelas Dwi.
Di sisi lain, Dwi masih berharap ada perusahaan lain yang berminat untuk joint study di Blok Natuna D-Alpha, termasuk PT Pertamina (Persero). Hal ini mengingat PT Pertamina Hulu Energi (PHE) tengah melanjutkan eksplorasi di Blok East Natuna.
"Karena Pertamina sudah mengambil juga yang di daerah Natuna itu, tapi kita harapkan apakah tertarik juga untuk joinan di joint study (Natuna D-Alpha)," tutur Dwi.
Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, Blok East Natuna ditemukan tahun 1973 dan hingga saat ini masih belum dikembangkan. Blok East Natuna menyimpan potensi sebesar trilion cubic feet (Tcf) dengan potensi gas yang recoverable sebesar 46 Tcf.
ADVERTISEMENT
Blok ini semula dikelola ExxonMobil dan mendapatkan hak kelolanya tahun 1980. Namun lantaran tidak ada perkembangan, pada tahun 2007 kontraknya dihentikan. Setahun kemudian yaitu tahun 2008, East Natuna diserahkan pengelolaannya ke PT Pertamina.
Selanjutnya, ExxonMobil, Total dan Petronas, bergabung. Posisi Petronas kemudian digantikan PTT Exploration and Production (PTT EP) tahun 2012. Sayangnya tahun 2017 konsorsium ini bubar dengan alasan tidak ekonomis dan menyisakan PT Pertamina.
Kemudian, Kementerian ESDM akhirnya mendorong skema joint study terhadap 5 blok migas, salah satunya Blok Natuna D-Alpha yang belum kunjung mendapatkan peminat saat dilelang.
Padahal, pemerintah sudah membuka lelang Blok Natuna D-Alpha bertepatan dengan pembukaan IPA Convention & Exhibition ke-47 di ICE BSD, Selasa (25/7). Lapangan ini memiliki luas 10.291,03 km2 dengan Komitmen Pasti 5 tahun mencakup studi GGRPE dan 1 sumur.
ADVERTISEMENT