Perusahaan Swasta Bicara Peluang IP Karakter Lokal Genjot Pemasaran Produk

22 Januari 2025 15:22 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Chief Marketing Officer (CMO) Enesis Group, Jo Semidang, dan Chief Marketing Officer Savoria, Thomas Sutton, dalam acara IP Expo 2025 di Kempinski, Jakarta, Rabu (22/1/2025). Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Chief Marketing Officer (CMO) Enesis Group, Jo Semidang, dan Chief Marketing Officer Savoria, Thomas Sutton, dalam acara IP Expo 2025 di Kempinski, Jakarta, Rabu (22/1/2025). Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparan
ADVERTISEMENT
Chief Marketing Officer (CMO) Enesis Group, Jo Semidang, bicara soal pemanfaatan intellectual property (IP) atau kekayaan intelektual karakter lokal Tanah Air. Terutama untuk meningkatkan pemasaran produk dan jasa.
ADVERTISEMENT
Jo Semidang menyebut, perusahaannya bakal fokus untuk menggunakan IP karakter lokal dan berkolaborasi dengan penggiat seni lokal.
"Kita mestinya memanfaatkan karakter lokal Indonesia yang mewakili nilai-nilai kita," jelas Jo Semidang dalam acara IP Expo 2025 di Kempinski, Jakarta, Rabu (22/1).
Ketika ditanya kendala perusahaan swasta yang belum banyak menerapkan IP lokal, Semidang menilai ini bergantung pada strategi masing-masing perusahaan.
Perusahaan swasta kerap terkendala di biaya yang tak murah untuk memanfaatkan IP lokal, ditambah menyusun kembali rencana pemasarannya.
"Sekarang banyak hal yang harus dipertimbangkan, untuk menggunakan IP kan ada langkah-langkah yang harus dilakukan. Cost yang tak murah, terus masalah waktu hingga berbulan-bulan, begitulah," imbuh Semidang.
Senada dengan Semidang, Chief Marketing Officer Savoria, Thomas Sutton, menjelaskan terdapat sejumlah faktor yang melatarbelakangi perusahaan swasta belum masif memanfaatkan IP lokal, yakni masalah pembiayaan.
ADVERTISEMENT
"Ada beberapa faktor yang pertama adalah biaya. Tapi selain itu saya pikir IP internasional dan IP lokal, IP lokal mungkin belum berkembang untuk kaum muda, tapi ada peluang untuk dibangun dan ini bisa kita atasi," jelas Thomas.
Thomas menyayangkan, ada brand asal Indonesia yang dikenal luas di publik, tetapi menggunakan IP budaya negara lain dibanding IP lokal asal Indonesia. Meski begitu, dia tak merinci perusahaan mana yang menggunakan IP budaya lain itu.
"Intinya kita harus kreatif, kalau kita kreatif maka kita bisa berkomunikasi secara tak langsung oleh konsumen kita," ungkapnya.
"Dan sebetulnya kita harus hati-hati di masa depan, dan kita selalu perusahaan harus bisa melihat prediksi IP di masa depan itu seperti apa, trennya ke mana, harus tahu," lanjut dia.
ADVERTISEMENT