Petani Curiga Gula Impor Ada Politiknya: Tiap Pemilu Pasti Gitu!

26 Desember 2022 17:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi gula pasir. Foto: ANTARA FOTO/Fauzan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gula pasir. Foto: ANTARA FOTO/Fauzan
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikun curiga, rencana impor gula kristal putih sebanyak 991 ribu ton tahun depan ada kaitannya dengan kepentingan politik.
ADVERTISEMENT
Kecurigaan Soemitro itu berdasar pada pola sama yang dilakukan pemerintah, di mana setiap menjelang tahun politik, pemerintah selalu melakukan importasi.
"Saya khawatir akan terulang kejadian 2018 atau 2013. 2018 adalah satu tahun menjelang tahun pemilu. Keputusan ini jangan-jangan tidak berdasarkan pemikiran secara ekonomi tapi politis juga. Karena ini berulang terus," kata Soemitro kepada kumparan, Sabtu (24/12).
Terlebih, importasi gula 991 ribu ton tahun depan menurutnya juga tak masuk akal. Dia mencatat, awal tahun ini Indonesia telah mengimpor raw sugar sebanyak 980 ribu ton, plus 150 ribu ton white sugar.
Ditambah produksi dalam negeri pada tahun ini, dia mencatat total gula nasional mencapai 4,6 juta ton. Sementara kebutuhan nasional perhitungannya hanya 3 juta ton saja. Sehingga, di akhir tahun nanti Indonesia masih memiliki 1,6 juta ton gula.
ADVERTISEMENT
"Kami enggak tahu alasannya apa. Tapi yang jelas itu berlebih-lebihan," kata dia.
Dia membandingkan dengan komoditas beras, di mana setiap kali isu impor mencuat selalu ramai dibicarakan. Keputusan dalam rakortas untuk impor gula ini dilihatnya juga mudah sekali diputuskan. Terlebih, kebutuhan gula nasional jumlahnya hanya satu per sepuluh dari beras.
Dengan dasar itu, kecurigaannya atas adanya politik di balik importasi gula ini semakin jelas. Padahal, dampak negatif yang ditimbulkan setelah impor gula ini sulit tuk dipulihkan.
"Jadi badai impor ini berulang terus setiap empat tahun, tepatnya 1-2 tahun menjelang pemilu. Jadi ini dampaknya tidak mudah untuk dipulihkan lagi," tegasnya.
Aksi Demo Petani Tebu di depan Istana Negara Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan

Babak Belur Petani Tebu

Soemitro mengatakan dampak gula impor ini akan semakin membuat petani tebu merana. Saat ini, harga jual gula di tingkat produsen berkisar antara Rp 11.500 hingga Rp 11.700.
ADVERTISEMENT
Dengan rencana impor tahun depan, Soemitro tak bisa mengira-ngira harganya akan tergerus berapa. Yang pasti, petani akan merespons dengan menjatuhkan harga gulanya karena takut tak terserap pasar.
"Pengalaman yang sudah itu bisa sampai 10 persen bahkan bisa 20 persen. Tinggal lihat situasi itu sedang panen atau tidak. Kalau tak sedang panen harga stagnan bahkan tergerus itu bisa sampai 10 persen. Yang khawatir ini impor masuk pada saat kita masuk musim panen," kata Soemitro.
Dampak lanjutannya, ketika petani melepas gula dengan harga rendah, menurut Soemitro mereka akan enggan menanam tebu, produktivitas turun, dan Indonesia semakin tak bisa lepas dari gempuran gula impor.
Presiden Joko Widodo berjalan di kebun tebu Temugiring PTPN X Batankrajan, Gedeg saat kunjungan ke Mojokerto, Jawa Timur, Jumat (4/11/2022). Foto: Umarul Faruq/ANTARA FOTO
Terlebih saat ini petani tebu sudah babak belur dengan kenaikan harga bahan bakar, harga pupuk, ditambah komoditas tebu yang tak masuk dalam komoditas yang berhak mendapat pupuk subsidi pemerintah.
ADVERTISEMENT
Ketentuan itu diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 10 tahun 2022 tentang Tata Cara Penebusan Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi di Sektor Pertanian.
Melalui beleid itu, program pupuk bersubsidi pemerintah kini hanya diberikan untuk 9 komoditas pertanian saja, dipangkas dari yang sebelumnya berjumlah 70 komoditas.
"Kita juga butuh hidup layak, buat kebutuhan hidup petani tebu setiap hari yang naik," pungkasnya.