Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (Aptri) mengaku heran dengan klaim pengusaha makanan dan minuman yang menyebut stok gula rafinasi tipis. Sebab, sering kali gula impor atau gula rafinasi bocor ke pasaran.
ADVERTISEMENT
"Selama ini gula rafinasi selalu berlebih bukti ada kebocoran. Saya justru heran kok stok tipis gimana?" kata Sekretaris Jenderal Aptri M Nur Khabsin kepada kumparan, Senin (14/12).
Khabsin menuturkan, dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 1 Tahun 2019 tentang Perdagangan Gula Rafinasi telah diatur mengenai kuota impor. Kata dia, seharusnya, dengan aturan tersebut tidak terjadi lagi kelebihan impor.
Ia pun memproyeksikan produksi gula konsumsi pada tahun ini mencapai sekitar 2 juta ton.
"2 juta ton tahun, harga ini masih stagnan masih Rp 11 ribu (per kg) kalau yang pemerintah mewajibkan rafinasi untuk menyerap Rp 11.200 (per kg) itu baru berjalan 10 persen sehingga harga stagnan harga petani," tambahnya.
Sebelumnya, produsen gula rafinasi mengungkapkan, mereka sedang mengalami kekurangan stok bahan baku. Di saat bersamaan, stok gula rafinasi yang merupakan bahan baku penting bagi industri makanan dan minuman, dilaporkan hanya mencukupi untuk kebutuhan hingga Januari 2021.
ADVERTISEMENT
Atas kondisi tersebut, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan & Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), Adhi Lukman, mengatakan pihaknya akan bertemu pemerintah besok Senin, (14/12).
“Senin diundang meeting. Saya baru diinfo dari Kementerian Perdagangan,” ujar Adhi kepada kumparan, Sabtu (12/12).