Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Peternak Ayam Klaim Harga Telur di Konsumen Saat Ini Sudah Normal, Ini Alasannya
28 Agustus 2022 16:27 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Ketua Presidium Pinsar Petelur Nasional (PPN) Yudianto Yosgiarso, menjelaskan bahwa harga telur ayam di tingkat konsumen saat ini sebenarnya sudah kembali normal.
ADVERTISEMENT
Ia menyebut, rata-rata harga telur nasional di tingkat peternak ayam sempat menurun menjadi di kisaran Rp 25.000 – Rp 26.500 per kg, seiring rendahnya permintaan. Padahal, harga pakan ayam atau bahan baku sudah mengalami kenaikan karena adanya perang Rusia-Ukraina.
“Tahun 2019 akhir sampai Maret 2021, harga pakan naik dari Rp 5.250 menjadi Rp 6.200, naik 20 persen. Dengan adanya perang Ukraina-Rusia, tidak hanya permintaan masyarakat turun, tapi bahan baku tetap naik sampai Rp 7.600 per kg,” ujar Yudianto kepada kumparan, Minggu (28/8).
Menurut dia, permintaan yang masih rendah ini sebagai imbas pemberlakukan PPKM Level 3. Akibatnya suplai melimpah, namun demand atau permintaan rendah.
Namun dalam beberapa pekan ini, kata Yudianto, terjadi penurunan populasi ayam. Sehingga menurutnya, suplai yang berlebih perlahan mulai kembali normal, begitu juga dengan harga telur di tingkat konsumen yang seharusnya sudah kembali normal.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Presiden Peternak Layer Indonesia Ki Musbar Mesdi mengatakan, harga telur di konsumen saat ini sudah kembali normal dari sebelumnya sempat Rp 35.000 per kg. Penyebabnya ialah program Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) atau bansos telah usai berlangsung tanggal 8-22 Agustus.
“Saat itu ada peningkatan kebutuhan masyarakat,” katanya.
Meski demikian, Musbar menduga masih mahalnya harga telur di konsumen karena sejumlah pedagang yang masih enggan menurunkan harga. Padahal, kata dia, harga telur di tingkat peternak pun sudah mengalami penurunan. Hal ini karena banyaknya peternak yang melakukan subtitusi pakan menjadi yang lebih murah.
“Sudah ada beberapa peternak yang melakukan (substitusi pakan), tetapi teknologi belum di-massal. Sebaiknya pemerintah terutama BRIN mengenalkan teknologi yang menciptakan produk terobosan pakan ternak,” tambahnya.
ADVERTISEMENT