Peternak Ikan Budidaya Terbebani Harga Pakan yang Tinggi

18 Juni 2021 13:05 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja memberi makan ikan lele yang dibudidaya di Kedung Gebang, Banyuwangi, Jawa Timur. Foto: Budi Candra Setya/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja memberi makan ikan lele yang dibudidaya di Kedung Gebang, Banyuwangi, Jawa Timur. Foto: Budi Candra Setya/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Persoalan harga pakan terus mengintai industri budidaya perikanan. Harga pakan saat ini mencapai Rp 11.000 per kilogram (kg), naik dibanding tahun lalu yang sebesar Rp 9.900 per kg.
ADVERTISEMENT
Peneliti Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan, Bogor Mas Tri Djoko mengatakan, harga pakan yang tinggi ini tentu membuat biaya produksi makin tinggi.
“Biaya produksi tinggi, dan harga pakan tidak sebanding dengan harga jual ikan,” katanya saat webinar bedah buku naskah akademik pakan, Jumat (18/6).
Menurut Mas Tri, saat ini pemerintah perlu memperhatikan alternatif lain untuk menekan harga pakan yang mahal. Sebagian bahan baku pakan ikan berasal dari impor seperti tepung bungkil kedelai.
Pabrik anak usaha Japfa, Suri Tani Pemuka yang membudidayakan ikan nila di Danau Toba. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
Salah satu upaya untuk menekan harga pakan yaitu mencari opsi lain bahan baku dalam negeri yang mampu memasok kebutuhan pakan.
“(Misalnya) Biji karet, ampas tahu, palm kernel meal,” katanya dalam paparan yang dijabarkan.
Selain itu, ia menyarankan supaya pemerintah melakukan kluster pakan di daerah sentra produksi budidaya. Hal ini tentu akan membantu mengurangi biaya operasional dan produksi pakan.
ADVERTISEMENT
“Khususnya di daerah budidaya ikan yang lokasinya relatif terpencil, untuk pembuatan pakan mandiri, untuk memenuhi kebutuhan pembudidaya ikan dan kelompoknya,” ungkapnya.