Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Peternak Ngeluh Harga Daging Ayam Lesu, 40% Pasokan Tak Terserap
24 April 2025 18:54 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Harga daging ayam yang lesu di pasaran memukul para peternak mandiri karena harus mengalami penurunan penjualan, bahkan merugi, imbas melemahnya daya beli masyarakat.
ADVERTISEMENT
Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) wilayah Jawa Tengah, Suwardi, mengatakan penurunan permintaan terjadi sekitar 30 persen di tengah pasokan atau stok daging ayam melimpah.
Suwardi menyebutkan, Indonesia sudah mampu memenuhi kebutuhan daging ayam secara mandiri alias swasembada sejak tahun 2022. Dalam kondisi turunnya permintaan, maka pasokan ini akhirnya surplus.
"Daya beli rendah, produksi cukup. Ekonomi melemah karena uang yang harusnya di transfer ke daerah belum juga ada, menghambat program, sehingga pengangguran banyak tidak ada uang," jelasnya saat dihubungi kumparan, Kamis (24/4).
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan), Sugeng Wahyudi, mengatakan para peternak kecil sangat terpukul dengan menurunnya permintaan di pasar.
Sugeng mencatat, modal peternak setiap 1 kilogram (kg) ayam hidup mencapai Rp 17.500, namun harga jual saat ini berada di kisaran Rp 13.500, sehingga peternak harus merugi.
ADVERTISEMENT
"Peternak ini mengalami kerugian Rp 17.500 kurangi Rp 13.500, kira-kira Rp 4.000 itu per kg, kalau seekor 2 kg itu berarti Rp 8.000-an gitu," ungkapnya.
Hal ini, menurutnya, disebabkan pasokan yang berlebihan namun permintaan yang tetap bahkan menurun. Kondisi ini utamanya terlihat sejak sepekan setelah Lebaran 2025.
Namun akhir-akhir ini, para pengusaha besar bersama Kementerian Pertanian (Kementan) mulai mencoba memperbaiki harga dengan melakukan penyerapan.
Sugeng menilai, lesunya harga daging ayam yang sudah berlarut-larut sejak tahun lalu ini perlu disikapi dengan transformasi tata kelola dan tata niaga peternak, salah satunya dengan revisi UU No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
"Harus ada revisi sehingga peternak kecil itu bisa berbudidaya, tidak harus bersaing dengan pelaku-pelaku yang besar, yang terjadi saat ini adalah persaingan yang tidak sehat antara yang besar dengan yang kecil," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, dia menyebutkan saat ini peternak kecil harus bersaing dengan pengusaha besar dalam memenuhi permintaan daging ayam di pasar tradisional. Pengusaha besar bisa menguasai pasokan hingga 80 persen.
"Ayam hidup 80 persen mungkin dalam olahan, dan yang baru kita 20 persen, yang 80 persen itu masuk ke pasar kecil semua itu," jelas Sugeng.
Menurut catatan Sugeng, saat ini harga daging ayam di pedagang eceran pasar tradisional berkisar antara Rp 25 ribu-27 ribu per kg, jauh dari harga normal sebesar Rp 32-35 ribu per kg.
"Kalau yang di kandang itu tadi Rp 13.500 per kg. Nah ini yang banyak mendapatkan keuntungan pedagang-pedagang perantara ini," keluhnya.
Dengan kondisi tersebut, lanjut Sugeng, sebanyak 40 persen pasokan daging ayam peternak kecil menjadi tidak terserap. Para peternak kemudian mendesak keberpihakan pemerintah lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
"Tingkat serapan saat ini Berdasarkan informasi dari teman-teman peternak tadi itu sekitar 60 persen yang terangkat, artinya harganya belum kuat. Maka harus dibantu pemerintah, kita berharap minggu depan sudah ada perbaikan serapan," ujarnya.