Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Peternak Sapi Lokal Ungkap Penyebab RI Masih Doyan Impor Susu
6 Mei 2018 13:31 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Hari susu sedunia yang diperingati setiap tanggal 1 Juni juga penting bagi Indonesia. Sebab, Indonesia masih saja dihadapkan pada masalah sulitnya produksi susu nasional.
ADVERTISEMENT
Ketua Dewan Persusuan Nasional, Teguh Boediyana, mengatakan bahwa produksi susu segar dalam negeri (SSDN) di tahun ini diperkirakan hanya sekitar 650 ribu ton atau 13% dari kebutuhan nasional. Sedangkan, kebutuhan susu di dalam negeri pada tahun ini diperkirakan mencapai 5,5 juta ton.
Suka atau tidak, pemerintah harus mengimpor susu dari beberapa negara lain, seperti Australia, Belgia, Selandia Baru, hingga Inggris. Impor susu ini nyatanya berlangsung selama bertahun-tahun. Padahal, Teguh menambahkan, besarnya devisa yang dikeluarkan bisa digunakan untuk memacu produksi dalam negeri.
"Produksi susu sapi kita yang masih sedikit salah satunya karena jumlah peternak sapi kita masih sedikit. Apalagi, para peternak tadi juga merupakan peternak yang kecil, bukan jenis peternak industri," paparnya pada kumparan (kumparan.com), Minggu (6/5).
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa peternak sapi perah di dalam negeri hanya berjumlah sekitar 100 ribu rumah tangga yang lebih banyak terpusat di Jawa. Rata-rata tiap peternak hanya memiliki sekitar 2 hingga 4 ekor sapi. Produksi para peternak rakyat ini mampu menghasilkan sekitar 1.600 ton per hari dengan menggunakan metode pemeliharaan dan pemerahan susu yang tradisional.
Di sisi lain, perusahaan besar penghasil susu dengan skala pemilikan sapi di atas 5.000 ekor hanya ada dua, yakni di Jawa Timur dan Jawa Barat. Peternak skala menengah dengan pemilikan sapi sekitar 50 sampai 300 ekor juga masih sedikit.
"Maka enggak heran kalau kita masih sangat sedikit memproduksi susu segar dan mengimpor susu bubuk dari luar negeri dalam jumlah yang banyak," tambah Teguh lagi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, keberadaan koperasi peternak yang cenderung menurun sejak zaman orde baru juga dirasa menjadi hambatan lainnya bagi peternak. Pada era orde baru, Teguh mengatakan bahwa jumlah koperasi peternak mencapai sekitar 238 unit, namun saat ini koperasi peternak yang ada di seluruh Indonesia hanya sekitar 99 unit.
"Koperasi ini sangat membantu peternak. Sebab, peternak tadi enggak memiliki kulkas besar yang bisa digunakan untuk menyimpan susu. Karena susu ini sangat rentan, kalau dia berada di suhu ruangan selama 4 jam saja sudah rusak. Alhasil, jumlahnya juga bisa berkurang. Nah, koperasi menyediakan fasilitas itu, sehingga petani bisa melindungi susu yang mereka produksi dan menyalurkannya pada industri penghasil susu," tambahnya.
Bantuan dan kesadaran seluruh pihak sangat diharapkan oleh Teguh dan para produsen susu segar dalam negeri lainnya. Beberapa bantuan seperti subsidi sapi perah hingga memasok teknologi dalam proses pemerahan susu sangat dibutuhkan.
ADVERTISEMENT
"Jumlah sapi di peternak masih sedikit dan juga proses pemerahan dengan cara tradisional. Enggak heran kalau produksi kita masih jauh ketinggalan. Kalau di luar negeri, para peternak sapi yang rakyatnya saja itu sudah memerah sapi dengan teknologi tinggi," tutupnya.