Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Sejak pembentukan holding BUMN migas antara PT Pertamina (Persero) dan PT PGN (Persero) Tbk selesai tahun lalu, terjadi perubahan nasib anak bahkan cucu usaha pada kedua perusahaan tersebut. Aksi korporasi itu dilakukan untuk konsolidasi bisnis, dan menghindarkan persaingan di antara sesama perusahaan milik negara.
ADVERTISEMENT
Mulanya, PGN mengakuisisi anak usaha Pertamina di bidang gas yaitu PT Pertagas secara mayoritas. Lalu, awal Desember 2018 PGN juga mengambil alih 5 anak usaha Pertagas yaitu PT Pertagas Niaga, PT Perta-Samtan Gas, PT Perta Arun Gas, PT Perta Daya Gas, dan PT Perta Kalimantan Gas.
Kini, giliran anak usaha PGN di sektor hulu migas yaitu Saka Energi Indonesia yang berpeluang dilepas. Direktur Utama PGN Gigih Prakoso mengaku perusahaan ingin melepas Saka ke Pertamina.
"Tetap ada peluang dilepas. Kita sih inginnya dikasihkan dengan Pertamina Hulu (anak usaha Pertamina di bidang hulu migas)," kata dia saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta pada Kamis (10/1) malam.
Tapi, Gigih masih menghitung waktu yang tepat untuk melepas Saka Energi. Kata dia, Saka Energi baru bisa dijual setelah kinerjanya bagus.
ADVERTISEMENT
Karena itu, sampai detik ini, Saka Energi masih berada 100 persen di bawah kendali PGN. Saka diminta untuk terus menggenjot produksi migas agar meningkat.
"Kalau perusahaan hulu ada parameternya (kinerja meningkat), misal tingkat produksinya, cost per barel, reserve refreshment ratio-nya itu indikator harus diperbaiki. Jadi 100 persen kita masih pegang, tujuan kita perbaiki dulu kinerjanya karena dengan selesainnya kontrak Blok Sanga-sanga, dia perlu kembangkan lagi produksinya supaya meningkat," jelasnya.
Jika kinerja perusahaan bagus, aset pun bakal tinggi. Dengan begitu, harga jual ke luar juga bisa besar. Gigih mengaku tidak ingin menjual Saka Energi tapi dengan harga rugi. Karena itu, Saka Energi dibiarkan bekerja dulu sampai valuasi jualnya meningkat.
"Ya kalau dijual jelek, siapa yang mau beli? Saka kan kita beli melalui akuisisi yang kita kembangkan organik dan dari pemerintah kan baru sedikit, jadi kalau akuisisi itu kita beli dengan harga berapa, kita kan enggak bisa lepas dengan harga sembarangan," jelasnya.
ADVERTISEMENT