Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Anak usaha PT Pertamina (Persero), Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) menyatakan investigasi terkait penyebab kebocoran di Lapangan YYA-1 Karawang, Jawa Barat masih berjalan. Perusahaan belum bisa membeberkan penyebab utamanya karena sumber semburan masih belum ditutup.
ADVERTISEMENT
Tumpahan minyak (oil spill) pun masih terus mengalir. Hingga tadi malam, PHE menghitung sudah 39.685 barel minyak yang keluar di laut sejak awal tumpahan terjadi pada 4 Agustus 2019.
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan Samsu mengatakan, dugaan awal tumpahan minyak terjadi karena anjungan Lapangan YYA-1 yang miring hingga 13 derajat. Penyebab anjungan miring karena ada gelembung gas.
"Sebenarnya dalam rilis pertama (disampaikan) di samping anjungan ada gelembung gas dan timbulkan kemiringan, sepertinya mengenai kaki anjungan. Ini kan dipancang di dalam tanah. Jadi bahwa kemiringan ini yang sebabkan adanya oil spill dari anjungan. Tentunya investigasi masih terus dilanjutkan," kata dia dalam konferensi pers di Gedung Pusat Pertamina , Jakarta, Jumat (20/9).
Untuk menahan agar anjungan tak semakin miring, Dharmawan menuturkan, tim di sana sudah mengikat kaki anjungan dengan kapal tongkang berukuran besar di sekitar lokasi. Agar tongkang tersebut tidak bergerak, dipasang enam jangkar besar untuk menahannya.
ADVERTISEMENT
Tali yang dikaitkan pada kapal tongkang tersebut sudah dilakukan perusahaan sejak anjungan miring pada bulan lalu. Hingga saat ini, alat pengerek tersebut masih terpasang. Dharmawan meyakini kekuatan tali tersebut masih efektif menahan anjungan dari kemiringan.
Sementara itu, Incident Commander YYA-1 yang juga menjabat sebagai Direktur Operasi PHE Taufik Adityawarman mengatakan, perusahaan menargetkan penyelesaian penutupan sumber semburan minyak dilakukan akhir bulan ini, lebih cepat dari target awal yakni Oktober 2019. Pengeboran sumur (relief well) untuk menutup sumber semburan hingga kemarin sudah mencapai 8.857 feet atau 273 meter dari kedalaman yang ditargetkan 8.997 feet. Adapun jarak paralel antara relief well dengan sumur yang ditutup berjarak 0,46 meter.
"Fase saat ini kita masih dalam intercepting (pencegahan), itu fase krusial. Jadi kita tidak bisa meminta ahli supaya cepat sampai finish. Kita tidak ingin mereka lengah dan berdampak yang tidak kita inginkan. Akhir September ini target intercept bisa kita capai," ucapnya.
Intercepting sendiri diperkirakan bakal memakan waktu sembilan hari. Setelah itu, sumber semburan bakal diinjeksi dengan semen berat agar benar-benar bisa tutup. Jika penutupan berhasil, investigasi bisa dilakukan tim secara menyeluruh dengan mendekati wilayah semburan yang selama ini sudah diisolasi. Nantinya sumur ini pun bakal ditinggalkan PHE ONWJ.
ADVERTISEMENT
Selain tumpahan minyak di laut yang mencapai 39.685 barel, PHE ONJW juga sudah mengumpulkan 5.535.627 karung berisi minyak yang bercampur pasir. Dari jumlah tersebut, sebanyak 5.532.262 karung minyak sudah dikirim ke tempat pembuangan tanah terkontaminasi minyak.
Live Update