PHK Melonjak, Gen Z dan Milenial Pesimistis Bisa Dapat Kerja

9 Oktober 2024 11:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi gen z. Foto: Odua Images/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gen z. Foto: Odua Images/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang terus terjadi pada 2024 menjadi sorotan. Hal ini disebut-sebut menjadi salah satu penyebab daya beli masyarakat yang kian melemah dan bisa berdampak pada ekonomi Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatat sebanyak 45.762 orang terdampak PHK sepanjang Januari hingga 23 Agustus 2024. Jawa Tengah, Banten, dan Jawa Barat menjadi provinsi dengan kasus PHK paling tinggi di Indonesia sepanjang 2024.
Angka PHK ini meningkat dibandingkan dengan tahun lalu. Kemnaker memproyeksi jumlah PHK Januari-Agustus tahun ini lebih tinggi sekitar 5.000 kasus dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Eliza Mardian, mengatakan kondisi ekonomi saat ini cukup membuat risau. Turunnya jumlah kelas menengah dan daya beli yang melemah, diperparah dengan banyaknya PHK.
“Akhirnya daya beli masyarakat terus melemah hingga saat ini. diperparah dengan banyaknya PHK yang menyebabkan daya beli masyarakat kian tertekan,” kata Eliza.
ADVERTISEMENT
Pengangguran Turun, Tapi Kebanyakan Kerja di Sektor Informal
Jika dilihat dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS), angka pengangguran di Indonesia turun menjadi 7,20 juta orang per Februari 2024, setara dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 4,82 persen.
Jumlah orang yang menganggur ini tercatat lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang sebanyak 7,99 juta orang.
Ilustrasi milenial kesulitan mengatur keuangan. Foto: Shutterstock
Namun meskipun demikian, jumlah penduduk yang bekerja informal masih lebih tinggi. Pada Februari 2024, penduduk yang bekerja pada kegiatan informal sebanyak 84,13 juta orang (59,17 persen), sedangkan yang bekerja pada kegiatan formal sebanyak 58,05 juta orang (40,83 persen).
Persoalannya, cukup rentan jika pekerja di sektor informal porsinya lebih besar. Pekerja informal memiliki karakteristik jam kerja dan karier yang tidak pasti. Selain itu, pekerja di sektor ini juga memiliki perlindungan kerja yang minim.
ADVERTISEMENT
Gen Z dan Milenial Semakin Pesimistis Dapat Kerja
Ada yang menarik dari laporan survei konsumen yang dirilis Bank Indonesia. Berdasarkan laporan teranyar pada September 2024, diketahui indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja menurun.
Berdasarkan kelompok usia 20-30 tahun, ekspektasi konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja pada September turun menjadi 131 dibandingkan pada Agustus 2024 sebesar 135.
Sementara untuk kelompok usia 30-40 tahun, ekspektasi ketersediaan lapangan kerja juga turun pada September 2024 menjadi 132,1 dibandingkan bulan sebelumnya 132,2.