PHRI: Okupansi Hotel di Kota Wisata Naik 90 Persen Selama Libur Idul Adha

2 Juli 2023 16:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Momentum libur panjang Idul Adha 28 Juni-2 Juli 2023 memberi dampak positif bagi bisnis perhotelan. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani, mengatakan tingkat okupansi (keterisian) kamar hotel di daerah tujuan wisata mengalami lonjakan di kisaran 75 persen hingga 90 persen.
ADVERTISEMENT
"Libur panjang ini berdampak positif untuk peningkatan aktivitas ekonomi khususnya di daerah tujuan wisata. Okupansi cukup bagus terutama di daerah-daerah tujuan wisata selama 5 hari masih bisa mencapai 85 persen rata-rata," kata Hariyadi saat dihubungi kumparan, Minggu (2/7).
Hariyadi merinci, wilayah yang paling banyak mengalami peningkatan terjadi di Kepulauan Riau sebesar 85-90 persen. Hariyadi mengatakan, lonjakan permintaan ini juga didorong oleh Singapore School Holiday sejak Mei hingga akhir Juni 2023.
Ilustrasi tamu hotel. Foto: Shutter Stock
Okupansi hotel di Lampung juga meningkat hingga 86 persen. Sementara rata-rata volume okupansi hotel di DIY pada periode 19 Juni hingga 1 Juli capai 70-90 persen. Sedangkan, untuk rata-rata okupansi di Jawa Barat masih capai 65 persen pada periode libur panjang Idul Adha.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data PHRI, daerah wisata Danau Toba turut mengalami lonjakan permintaan dengan rata-rata 85 hingga 90 persen. Namun, untuk daerah Medan hanya capai 60-65 persen.
Lebih lanjut, wilayah pariwisata Sumatera Barat juga ikut mengalami kenaikan hingga 85 persen. Sementara, khusus untuk Kota Bukittinggi, Hariyadi mengatakan okupansi di wilayah tersebut capai 90 persen nyaris terisi seluruhnya.
Pemerintah memutuskan cuti bersama Idul Adha pada 28 dan 30 Juni 2023. Sehingga, libur Idul Adha kini menjadi lima hari, dari 28 Juni hingga 2 Juli 2023. Kebijakan tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 16 Tahun 2023.
Sebelumnya, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, menilai libur panjang Idul Adha akan menambah kontribusi sektor pariwisata hingga transportasi terhadap produk domestik bruto.
ADVERTISEMENT
"Tahun 2020 kontribusi sektor pariwisata sempat turun karena pandemi ke 4,05 persen dari PDB. Harapannya dengan penambahan jumlah libur tahun ini kontribusi nya bisa naik di atas 4,8-5 persen dari PDB atau melebihi kontribusi pra pandemi yang sebesar 4,7 persen," kata Bhima saat dihubungi kumparan, Minggu (25/6).
Ia menyebut lonjakan tingkat okupansi pada hari libur nasional dapat tembus hingga di atas 50 hingga 65 persen. Selain hotel, libur panjang Idul Adha juga berdampak pada sektor restoran, ritel, dan destinasi pariwisata.
Bhima menjelaskan, penambahan libur Idul Adha mampu menggeliatkan kembali sektor pariwisata. Sebab, libur Idul Adha yang bertepatan dengan libur sekolah anak dan pencabutan status pandemi dapat mendorong belanja rekreasi yang lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
"Jasa transportasi yang berkontribusi terhadap 5,5 persen terhadap total kue ekonomi juga ikut meningkat baik angkutan darat, udara dan laut. Efek domino lainnya dirasakan ke bisnis digital yang mencakup jasa telekomunikasi (pembelian paket data), e-commerce maupun pesan antar makanan," ungkap Bhima.
Keputusan pemerintah memberlakukan cuti bersama Idul Adha sebelumnya disebut memberatkan pengusaha. Pasalnya, keputusan tersebut dianggap mendadak dan pengusaha perlu menanggung uang lembur pekerja hingga Rp 5-7 miliar.