PLN Ajak Swasta Ganti 200 PLTD Berumur Tua Jadi Pembangkit Energi Terbarukan

2 November 2020 20:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menengok PLTD/G Pesanggaran di Denpasar, Bali. Foto: Wiji Nurhayat/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menengok PLTD/G Pesanggaran di Denpasar, Bali. Foto: Wiji Nurhayat/kumparan
ADVERTISEMENT
PT PLN (Persero) bakal mengganti 200 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang tersebar di Indonesia jadi pembangkit dengan sumber energi baru dan terbarukan (EBT). Salah satunya mengganti dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini, mengatakan 200 PLTD yang diganti ini masuk tahap pertama dari total 5.200 PLTD yang ada di 2.130 lokasi. Total kapasitas listrik dari ribuan PLTD itu mencapai 2,9 gigawatt (GW).
"Konversi PLTD ke EBT akan dilakukan bertahap. Tahap satu, di 200 lokasi PLTD dengan kapasitas 225 mega watt (MW). Tahap dua, sampai dengan 500 MW dan tahap tiga sampai 1.300MW," kata Zulkifli dalam peluncuran program konversi PLTD ke pembangkit EBT secara virtual, Senin (2/11).
Zulkifli mengungkapkan, konversi ini merupakan proyek yang cukup masif dilakukan PLN. Kata dia, perusahaan sudah menggunakan PLTD untuk menerangi berbagai daerah terpencil selama 40 tahun karena sulit dimasuki pembangkit listrik berkapasitas besar seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dari batu bara.
ADVERTISEMENT
Tapi, dengan transisi energi dari fosil ke EBT, ribuan PLTD ini pun secara bertahap harus diganti agar masyarakat mendapatkan listrik yang stabil dalam 24 jam, sehingga bisa mendongkrak ekonomi warga.
Direktur Mega Proyek PLN, Ikhsan Asaad, mengungkapkan dengan konversi ini biaya pokok produksi (BPP) PLN bisa lebih murah ketimbang menggunakan BBM Solar yang selama ini bahan bakunya banyak diimpor. Misalnya untuk PLTS yang digabungkan dengan baterai, BPP yang dihasilkan lebih murah, rata-rata USD 4 sen per kWh. Jadi, perusahaan bisa menghemat.
Dari 200 lokasi PLTD yang akan diganti di tahap pertama ini akan mendahulukan mesin pembangkit yang sudah berumur tua di atas 15 tahun. Di antaranya 6 lokasi di Papu, 4 lokasi di Maluku, ada juga di Aceh, dan lokasi lainnya. Di Jawa pun ada yang masih menggunakan PLTD.
ADVERTISEMENT
"Sampai 2025. Ini kita targetkan 200 lokasi akan mulai lelangnya di akhir Desember ini. Kemudian selesai kira-kira COD (jadwal operasional) di 2022, butuh setahun ya dengan jarak tempuh di lokasi tadi cukup challenging ya," kata dia dalam konferensi pers terpisah.
PLTD Selat Lampa di Pulau Natuna Foto: Dewi Rachmat Kusuma/kumparan

PLN Ajak Swasta dan Dapat Dukungan dari ADB

Ikhsan mengatakan, biaya untuk konversi per PLTD ke pembangkit EBT cukup mahal. Karena itu, PLN membuka lelang bagi pembangkit swasta untuk berpartisipasi.
Dia juga mengaku PLN mendapatkan dukungan pendanaan dari Asian Development Bank (ADB). Saat ini, mencari utang untuk bangun pembangkit EBT lebih mudah dibandingkan pembangkit listrik dari fosil seperti PLTU.
"Belum bisa saya sampaikan, tapi lets say 225 MW misalnya biaya per 1 kWh USD 22 sen dikali 4 pembangkit kira-kira Rp 100 triliun lebih. Tapi itu perkiraan saya. Jadi silakan nanti teman-teman yang tertarik EBT ini," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya PLTS, konversi ini juga bisa berupa pembangkit jenis lain seperti Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), hingga Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa, tergantung potensi EBT di masing-masing wilayah.