PLN Akan Terbitkan Surat Utang "Setrum Bond" Rp 20 Triliun

8 Januari 2018 14:08 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Transmisi listrik (ilustrasi). (Foto: Dok. PLN)
zoom-in-whitePerbesar
Transmisi listrik (ilustrasi). (Foto: Dok. PLN)
ADVERTISEMENT
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) berencana akan menerbitkan surat utang global berdenominasi rupiah sebelum pertengahan tahun ini. Hal tersebut dilakukan karena adanya keterbatasan pembiayaan dari dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PLN Sofyan Basir mengatakan, pihaknya juga ingin mengetahui respon pasar global terhadap instrumen investasi ini. Selain itu, juga instrumen ini juga untuk memenuhi kebutuhan BUMN listrik tersebut.
"Ini yang rupiah kami lagi cari, apalagi takut keterbatasan dalam negeri pasti ada, dari perbankan-perbankan nasional, walaupun kami punya plafon, tapi kami mau coba bagaimana penerimaan dari pihak luar dalam rupiah," ujar Sofyan di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (8/1).
Selain itu, pendanaan ini juga dimaksudkan untuk investasi dan kebutuhan operasional PLN di tahun ini. Sofyan menyebut, rencana penerbitan "Setrum Bond" ini sebesar USD 1-2 miliar dari kebutuhan total pembiayaan tahun ini sekitar USD 5 miliar.
Dirut PLN Sofyan Basir (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dirut PLN Sofyan Basir (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
"Ya kami coba cacing bond, kan namanya biar enggak komodo lagi, nasi goreng kek, apa kek, setrum bond kek. Semester satu ini lah. Mungkin sekitar USD 1-2 miliar setara Rp 10-20 triliun," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Untuk diketahui, rencana penerbitan surat utang berdenominasi rupiah dari PLN ini merupakan pertama kalinya. Sebelumnya, PLN juga rajin mengeluarkan surat utang berdenominasi dolar AS atau global bond.
Sebelumnya, PT Jasa Marga (Persero) juga telah menerbitkan surat utang berdenominasi rupiah atau Komodo Bond senilai Rp 4 triliun pada 13 Desember 2017. Komodo Bond merupakan surat utang dengan kupon tetap dengan imbalan 7,5% tanpa jaminan dan berjangka waktu tiga tahun dengan masa jatuh tempo pada 11 Desember 2020.
Berbeda dari instrumen obligasi global dalam denominasi dolar AS, instrumen berdenominasi rupiah ini memiliki risiko yang rendah terhadap volatilitas mata uang rupiah.
Pembelian oleh investor mancanegara tetap akan dilakukan menggunakan dolar AS, tetapi dikonversi sesuai perhitungan nilai dalam rupiah. Artinya, resiko volatilitas mata uang ditanggung oleh investor. Kendati rupiah melemah, emiten akan membayar kupon serta pengembalian pokok sesuai nominal rupiah.
ADVERTISEMENT