PLN Bidik Pembangunan Transmisi Hijau Capai 70.000 Km hingga 2040

14 Oktober 2024 17:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana proyek PLTS Terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana proyek PLTS Terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo, mengungkapkan rencana perusahaan membangun jaringan transmisi hijau atau green enabling transmission line hingga 70.000 kilometer (km) hingga tahun 2040.
ADVERTISEMENT
Darmawan menjelaskan, sejauh ini pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara selalu menyesuaikan pusat permintaan (demand), misalnya untuk kebutuhan industri.
Namun, menurut dia, kondisi ini tidak sama bagi pembangunan pembangkit energi baru terbarukan (EBT), baik itu air (PLTA), solar (PLTS), angin (PLTB), hingga panas bumi (PLTP), yang sumbernya biasanya jauh dari pusat permintaan.
"Untuk itu kita menghadapi suatu tantangan bagaimana adanya mismatch, lokasi dari resources hidro, geothermal, wind dengan solar dengan epicentrum of demand," jelasnya saat Repnas National Conference & Awarding Night, Senin (14/10).
Darmawan melanjutkan, karena lebih sulit memindahkan lokasi industri maupun pembangkitnya, PLN memiliki tanggung jawab membangun jaringan transmisi yang menyambungkan lokasi pembangkit EBT menuju pusat permintaan listrik.
ADVERTISEMENT
PLN, kata dia, sedang merancang suatu sistem perencanaan pembangunan pembangkit berlandaskan transisi energi, yakni pergeseran antara pembangkit berbasis bahan bakar fosil menjadi EBT.
"Dalam mismatch ini kita selesaikan, kita sambungkan dengan green enabling transmission line," ungkap Darmawan.
Dia menyebutkan, selama 10 tahun terakhir pembangunan transmisi hijau ini hanya sekitar 53.000 km, meskipun panjangnya sudah melebihi keliling bumi yakni 42.500 km.
Proses produksi Green Hydrogen yang dihasilkan dari air kondensasi kegiatan produksi listrik yang dilakukan di PLTP Kamojang, Bandung, Jawa Barat. Foto: Argya Maheswara/kumparan
"Kalau sampai 2040 sampai sekitar 70.000 km transmission line," kata Darmawan.
Dengan jaringan transmisi hijau ini, Darmawan berharap mismatch atau ketidakcocokan antara lokasi sumber EBT dengan pusat permintaan bisa tersambung, sekaligus menggencarkan pembangunan pembangkit berbasis EBT.
"Dengan kita bangun green enabling transmission line ini, maka akan ada penambahan renewable energy dalam skala yang sangat besar lebih dari 30 gigawatt," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Darmawan mengungkapkan PLN juga tengah membangun smart grid untuk mengakomodasi listrik dari pembangkit EBT yang bersifat intermiten.
"Kita tidak mungkin bisa menambah variable renewable energy solar and wind dalam skala yang besar. Maka dengan perancangan seperti ini ke depan 75 persen penambahan kapasitas pembangkit kita berbasis pada renewable energy," ujarnya.