PLN Butuh Rp 4.000 Triliun untuk Transisi Energi hingga 2040

10 Desember 2024 11:52 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) PLN Indonesia Power (PLN IP). Foto: PLN Indonesia Power
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) PLN Indonesia Power (PLN IP). Foto: PLN Indonesia Power
ADVERTISEMENT
PT PLN (Persero) memproyeksikan kebutuhan pendanaan besar untuk mendukung transisi energi menuju net zero emission pada tahun 2060.
ADVERTISEMENT
Direktur Manajemen Risiko PLN, Suroso Isnandar, mengungkapkan hingga tahun 2040, total dana yang dibutuhkan untuk sektor kelistrikan mencapai USD 235 miliar atau setara dengan sekitar Rp 4.000 triliun.
“Untuk membangun itu semuanya Bapak-Ibu sampai dengan tahun 2040 kita perlu USD 235 miliar. Ini kira-kira Rp 4.000 triliun,” kata Suroso dalam Bisnis Indonesia Economic Outlook 2025 di Hotel Raffles Jakarta, Selasa (10/12).
Suroso mengatakan, dana tersebut akan digunakan untuk berbagai inisiatif transisi energi. Termasuk pengembangan energi terbarukan sebagai pembangkit utama yang menggantikan PLTU batu bara.
Suroso menjelaskan, investasi ini mencakup pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pembangkit listrik tenaga gas (PLTG), serta energi terbarukan variabel seperti angin dan surya.
“Pertama untuk membangun renewable energy yang berfungsi sebagai base load generation menggantikan PLTU batubara tadi, kira-kira 33 gigawatt hydro ini. Butuh USD 80 miliar untuk 15 tahun ke depan. Kemudian tadi 22 gigawatt PLTG perlu USD 33 miliar. Kemudian untuk variable renewable energy angin dan solar perlu USD 43 miliar,” paparnya.
Suasana proyek PLTS Terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Selain itu, PLN juga berencana membangun infrastruktur pendukung, seperti transmisi Green Enabling Supergrid dan Smart Grid, untuk memastikan energi terbarukan dapat mengalir dengan baik ke pusat-pusat beban.
ADVERTISEMENT
Suroso menyebut, transformasi ini menjadi langkah penting PLN dalam mengubah fokus bisnisnya, dari yang sebelumnya berbasis bahan bakar fosil menjadi energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan.
“PLN shifting dari yang semula berbasis fossil fuel menjadi berbasis renewable energy. Dan bisnis PLN berubah yang semula hanya mikir listrik tok, kami (sekarang) mengutamakan lingkungan dan listriknya ngikutin,” ujarnya.