PLN IP Punya PLTGU 7,3 GW Hanya Serap 22 Persen Pasokan Gas, Ini Sebabnya

28 Februari 2024 17:27 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PLN IP terapkan teknologi ramah lingkungan untuk tekan emisi dari pembangkit listrik berbasis batu bara. Foto: PLN IP
zoom-in-whitePerbesar
PLN IP terapkan teknologi ramah lingkungan untuk tekan emisi dari pembangkit listrik berbasis batu bara. Foto: PLN IP
ADVERTISEMENT
PT PLN Indonesia Power (IP) memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) dengan total kapasitas 7,3 gigawatt (GW). Namun, kebutuhan gas yang bisa diserap hanya 22 persen dari total pasokan.
ADVERTISEMENT
Kepala Satuan Pengembangan Teknologi dan Manajemen Aset PT PLN Indonesia Power (PLN IP), Tarwaji Warsokusumo, mengatakan seluruh PLTGU milik perusahaan membutuhkan pasokan 1.695 billion british thermal unit per day (BBTUD).
"Khusus pembangkit gas kita ada 7,3 GW ini membutuhkan pasokan gas sebanyak 1.695 BBTUD, ini yang kapasitas yang bisa kita serap untuk membangkitkan sejumlah kapasitas maksimal 7,3 GW," jelasnya saat webinar Menelisik Kesiapan Pasokan Gas untuk Sektor Industri dan Pembangkit, Rabu (28/2).
PLTGU Jawa 2. Foto: Dok. PLN
Tarwaji melanjutkan, dari kapasitas serap tersebut, ternyata saat ini gas yang tersedia untuk PLTGU PLN IP hanya 372 BBTUD di tahun 2023, alias hanya 22 persen.
"Ternyata saat ini yang tersedia gasnya baru 372 BBTUD, ini yang tersedia yang langsung terserap pada 2023 ini. Artinya baru ada 22 persen dari total PLTGU yang untuk supply gas terakhir," ungkap dia.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, minimnya kebutuhan pasokan gas yang bisa diserap oleh PLTGU adalah karena menyesuaikan antara permintaan atau demand kelistrikan yang dihasilkan oleh PLTGU dalam setahun.
"Penyediaan ini sesuai dengan fungsi keduanya, load follower dan peaker karena sebagai sesuai dengan capacity factor di 20 sampai 23 persen itu realisasi di 2023," lanjut Tarwaji.
Dengan demikian, pihak PLN masih harus berkompromi dengan kebutuhan atau pertumbuhan listrik yang ada di lapangan, sehingga pasokan gas yang bisa terserap semakin banyak.
"Pertumbuhan growth kelistrikan yang ada di berbagai daerah akan kita prediksi sehingga pasokan gas tepat waktu dan tepat volume, dan juga nanti menimbulkan sebuah efisiensi baik dari supply chain efisiensi operasinya," pungkas Tarwaji.