PLN Masih Butuh Swasta untuk Biayai 60 Persen Pembangkit EBT

14 Oktober 2024 17:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dirut PLN Darmawan Prasodjo memberikan sambutan saat meresmikan  Groundbreaking PLN Hub di Kawasan IKN Nusantara, Rabu (5/6/2024). Foto: YouTube/Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Dirut PLN Darmawan Prasodjo memberikan sambutan saat meresmikan Groundbreaking PLN Hub di Kawasan IKN Nusantara, Rabu (5/6/2024). Foto: YouTube/Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
PT PLN (Persero) mengakui masih membutuhkan peran swasta untuk membiayai 60 Persen pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT).
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan PLN tidak bisa berdiri sendiri untuk mengurangi emisi karbon dan menghadapi tantangan perubahan iklim. Untuk mengantisipasi tantangan ini, Darmawan menegaskan bahwa PLN butuh kolaborasi global sekaligus bersama pihak swasta.
"PLN tidak mungkin menghadapi tantangan ini sendirian. Maka dalam perencanaan ke depan 60 Persen dari pembangkit yang ada adalah berbasis pada investasi swasta," ungkapnya saat Repnas National Conference & Awarding Night, Senin (14/10).
Darmawan menjelaskan, pihak swasta ini bisa merupakan perusahaan penyedia teknologi maupun sebagai lembaga pembiayaan.
Dengan demikian, dia menegaskan bahwa PLN juga memiliki tanggung jawab untuk membangun iklim investasi di sektor ketenagalistrikan lebih menarik bagi pihak swasta.
"Saya sebagai Dirut PT PLN Persero harus membangun ekosistem yang kondusif untuk berinvestasi. Saya harus mampu membangun ekosistem yang kondusif untuk berkolaborasi," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Beberapa cara membangun ekosistem yang kondusif untuk investasi, kata Darmawan, yakni dengan melaksanakan kerja sama yang berkeadilan (fairness).
"Fairness ini kalau ada yang berinvestasi di ekosistem ini ya pertama harus bisa recover the investment back. Semua risiko harus dipetakan dengan baik dan each of the risk has to be addressed and managed properly," tuturnya.
Cara selanjutnya adalah menentukan investasi yang layak secara teknologi dan komersial. Dia mencontohkan, jika rate of return sebesar 3 persen namun cost of fund 9 persen, maka investasi tersebut mustahil terjadi.
"Ya rate of return yang fair-lah, yang moderate, yang di sini adalah kerja sama yang win-win menguntungkan bagi negara juga membangun suatu ekosistem yang kondusif bagi teman-teman semuanya untuk menjadi bagian perjuangan bangsa kita untuk membangun Indonesia secara bersama-sama," jelas Darmawan.
ADVERTISEMENT