Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
![Pelet yang dibuat dari sampah anorganik di Desa Gunaksa. Foto: Wiji Nurhayat/kumparan](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1561695065/pf6lxbqapsa2166fcwbs.jpg)
ADVERTISEMENT
Menyebut kata pelet identik dengan makanan ternak atau ikan. Namun pelet yang ini beda. Pelet justru dipakai sebagai campuran batu bara untuk pembangkit listrik.
ADVERTISEMENT
Pelet yang dimaksud adalah sejenis 'batu bara' buatan dari sampah organik dan anorganik yang sudah melewati proses peyeumisasi atau fermentasi. Di Bali, sudah banyak desa yang memproduksi pelet, salah satunya Desa Gunaksa di Kecamatan Dawan, Klungkung. Kebetulan Desa Gunaksa adalah desa binaan PT Indonesia Power (IP).
Nengah Mariani (32) yang ditunjuk sebagai Bendahara TOSS yang merupakan singkatan dari Tempat Olah Sampah Setempat, mengungkapkan bahwa Desa Gunaksa rutin memproduksi pelet organik dan anorganik setiap harinya. Bahan baku pelet yang diproduksi berasal dari sampah rumah tangga Desa Gunaksa yang mencapai 3 ton per hari.
"Sebelum ada TOSS, warga di sini buang sampah di sungai dan empang. Kemudian tahun 2010 terjadi banjir lalu Pemprov Bali bekerja sama dengan IP menjadikan sampah diubah menjadi pelet," kata dia saat ditemui di lokasi, Kamis (27/6).
Dia menjelaskan, sampah dari masyarakat Desa Gunaksa kemudian dipilih. Sampah bernilai jual seperti botol plastik akan dikumpulkan untuk dijual. Sedangkan sampah plastik, makanan, hingga daun-daun kering akan diolah menjadi pelet.
ADVERTISEMENT
Proses memproduksi pelet juga susah-susah gampang. Sampah yang sudah dikumpulkan tadi kemudian disiram dengan air fermentasi yang disebut masyarakat sekitar toyawiguna. Nah di sini disebut proses peyeumisasi. Sampah yang masuk ke proses peuyemisasi baru siap dipanen dalam waktu 5 sampai 6 hari.
Setelah dipanen, sampah dicacah oleh mesin. Kemudian masuk tahap peletisasi. Sampah hasil fermentasi tersebut kembali masuk ke dua mesin untuk dibentuk menjadi pelet-pelet yang padat. Pelet yang sudah dipanen kemudian dijemur lagi agar kering dan siap dipakai.
Nengah mengatakan bahwa Desa Gunaksa mampu memproduksi pelet organik sekitar 700 kg per bulan. Untuk pelet anorganik lebih banyak lagi bisa sampai 5,7 ton per bulan.
Sementara itu untuk penggunaannya, pelet organik akan dibagikan secara gratis ke masyarakat Desa Gunaksa. Masyarakat bisa menggunakan pelet tersebut untuk memasak dengan menggunakan sejenis kompor breket.
ADVERTISEMENT
Sedangkan untuk pelet anorganik akan dijual ke PT Indonesia Power dengan harga Rp 300 per kg. Adapun pendapatan yang rutin diterima Desa Gunaksa dari penjualan pelet ini per bulannya mencapai Rp 1,9 juta.
Dipakai Campuran Batu Bara untuk PLTU Jeranjang
Pelet anorganik yang dijual masyarakat Desa Gunaksa ke anak usaha PT PLN (Persero), PT Indonesia Power, digunakan sebagai bahan campuran batu bara untuk pembangkit listrik. Penggunaan pelet sebagai campuran batu bara baru diujicoba di PLTU Jeranjang, Lombok, Nusa Tenggara Barat.
"Baru diujicoba di PLTU Jeranjang," ucap Plt Executive Vice President Corporate Communication & CSR PLN Dwi Suryo Abdullah di tempat yang sama.
ADVERTISEMENT
"Sasarannya tidak hanya sekadar hemat, tujuannya adalah PLN bisa mengatasi permasalahan sampah yang saat ini menjadi masalah utama di masing-masing daerah, dan membuka lapangan kerja," ujarnya.
Selain di PLTU Jeranjang, bukan tidak mungkin PLN akan menggunakan pelet sebagai campuran batu bara untuk pembangkit listrik lainnya. "Tentunya selain di Jeranjang, PLN bisa saja tapi jangan sampai merusak PLTU. Selama uji coba tidak ada masalah," sebutnya.
Adanya pelet juga bisa menjadi alternatif ketenagalistrikan bagi Pemda. Pemda tinggal menyediakan saja mesin gasifier untuk menjadikan pelet sebagai sumber listrik alternatif.
"Model ke depan masalah lampu jalan, kalau pemerintah keberatan biaya lampu jalan itu bisa dihidupkan dengan pelet. Tinggal pasang gasifier, setiap jam 5 sore dijalankan lalu listrik disalurkan. Jadi mendapatkan listrik tidak selalu dari PLN, jadi bisa mandiri," tutupnya.
ADVERTISEMENT
Selain Desa Gunaksa, PT Indonesia Power juga sukses memproduksi pelet di PLTD/G Pesanggaran di Kota Denpasar, Bali. Produksi pelet yang dihasilkan PT Indonesia Power mencapai 100 kg per hari.