PLN Sebut Penerapan Teknologi CCS/CCUS di PLTU Butuh Dana Rp 10.714 Triliun

10 Oktober 2022 19:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PLN. Foto: PLN
zoom-in-whitePerbesar
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PLN. Foto: PLN
ADVERTISEMENT
PT PLN (Persero) mengungkapkan kebutuhan pendanaan untuk teknologi Carbon Capture and Storage/Carbon Capture, Utilization and Storage (CCS/CCUS) di PLTU bisa mencapai USD 700 miliar atau setara Rp 10.714 triliun (kurs Rp 15.306 per dolar AS).
ADVERTISEMENT
Executive Vice President Power Generation and New & Renewable Energy PLN, Herry Nugraha, menjelaskan penerapan teknologi CCS/CCUS termasuk salah satu upaya implementasi pensiun dini PLTU. Teknologi ini bertujuan untuk mengurangi gas buang PLTU.
"Di presentasi saya dari PLN ini konteksnya CCUS itu mencapai USD 700 miliar untuk seluruh PLN untuk pembangkit, transmisi, dan pengembangan distribusi termasuk CCUS hingga 2060,” kata Herry saat Indonesia Sustainable Energy Week (ISEW), Senin (10/10).
Untuk implementasi pensiun dini PLTU, Herry menyebut PLN akan menyiapkan mekanisme pembiayaan dan teknologi yang akan memengaruhi levelized cost of electricity (LCOE) atau pembangkitan listrik diratakan.
"Itu juga akan jadi pertimbangan karena ada kemungkinan implikasi kenaikan biaya, ini harus ada dukungan dari pemerintah yang ujung-ujungnya akan berdampak pada biaya penyediaan tenaga listrik," jelas Herry.
ADVERTISEMENT
Dukungan pembiayaan, kata dia, juga diperlukan untuk pengembangan pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT), seperti air, angin, hingga panas bumi. Sehingga, PLN juga melakukan banyak kajian bersama BRIN, universitas, atau negara lain.
Herry melanjutkan, studi juga dilakukan untuk penerapan CCS/CCUS dan pengembangan smart grid. PLN juga berupaya melakukan studi kelayakan (feasibility study) untuk PLTU di luar Jawa yang masih perlu dioperasikan.
Selain itu, Herry menjelaskan bahwa PLN bersiap membangun jaringan grid substitusi untuk mengantisipasi pembangunan jenis pembangkit yang berbeda.
Kemudian, kata dia, PLN akan tetap memperhatikan dampak negatif kepada sosial ekonomi, seperti pekerja yang berada di tambang batu bara sampai di lingkungan PLTU itu sendiri.
Sebelumnya, Direktur Perencanaan Korporat PLN, Evy Haryadi menyampaikan, saat ini PLN tengah mempelajari pemanfaatan teknologi CCS/CCUS yang dinilai sebagai teknologi yang ramah lingkungan dan tetap menjamin ketersediaan suplai. Potensi ini bisa berjalan beriringan dengan pengembangan sumber EBT.
ADVERTISEMENT
"Secara umum, CCUS dapat mereduksi karbon sebesar 90 persen dari pembangkit berbahan bakar fosil. Sementara 10 persen sisanya harus kita penuhi dengan menggunakan teknologi EBT lain demi mencapai target Net Zero Emission 2060," kata Evy dalam keterangan yang diterima, Minggu (15/8/2021).