Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.0
ADVERTISEMENT
Kurang lebih 100 kilometer (km) sebelah barat dari kota Jakarta, tepatnya di Desa Cadas Sari, Kecamatan Tegalwaru, yang termasuk dalam Kabupaten Purwakarta, terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA ) terbesar di Indonesia, yaitu PLTA Cirata. Bahkan bukan hanya yang terbesar di Indonesia, tapi juga di Asia Tenggara
ADVERTISEMENT
Memiliki 8 unit yang masing-masing berkapasitas 126 Megawatt (MW), total kapasitas terpasang PLTA Cirata mencapai 1.008 MW. Mulai dibangun pada 1982, PLTA Cirata pertama kali beroperasi pada 1987 atau 32 tahun lalu.
Energi untuk menghasilkan listrik sebesar 1.008 MW itu berasal dari Waduk Cirata yang membendung aliran Sungai Citarum. Saat dibangun, diperkirakan PLTA Cirata bisa beroperasi hingga 100 tahun atau sampai 2087.
Namun, banyaknya aktivitas yang mencemari lingkungan Waduk Cirata membuat usia operasi PLTA diperkirakan hanya 60 tahun. Hingga kini PLTA Cirata sudah beroperasi selama 32 tahun, maka umurnya diprediksi hanya tinggal sekitar 30 tahun lagi. Bisa saja mati pada sekitar 2047.
"Kira-kira tinggal 30 tahun dari sekarang," kata Plt Executive Vice President Corporate Communication & CSR PLN, Dwi Suryo Abdullah, kepada kumparan, Senin (8/7).
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan, pencemaran lingkungan membuat waduk seluas 6.200 hektare mengalami sedimentasi. Misalnya dari keramba jaring apung di Waduk Cirata. Pakan ikan dari keramba-keramba itu banyak yang menciptakan sedimentasi.
Dari seluruh pakan yang ditebar, kurang lebih 70 persen pakan mengendap di dasar sungai, hanya 30 persen yang dimakan oleh ikan.
Selain itu, air di bendungan juga tercemar oleh limbah cair sampah, limbah industri, dan limbah rumah tangga.
Pencemaran-pencemaran ini membuat PLTA Cirata jadi tidak efisien. Sedimentasi mengurangi kemampuan waduk untuk menyimpan air. "Semakin tinggi jatuhnya air, makin besar energinya. Kalau ada sedimentasi jadi enggak efisien," papar Dwi.
Biaya pemeliharaan PLTA Cirata pun bertambah karena turbin harus sering dibersihkan akibat buruknya kualitas air dan waduk harus dikeruk.
ADVERTISEMENT
Untuk menyelamatkan PLTA Cirata, keramba-keramba di waduk perlu ditertibkan. Begitu juga dengan pembuangan limbah sisa pakan ikan, limbah industri, hingga limbah rumah tangga.