PMI Manufaktur Turun, Pengusaha Proyeksi Produksi Industri Landai di 2024

5 Mei 2024 19:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) perusahaan manufaktur komponen otomotif. Foto: DRMA
zoom-in-whitePerbesar
PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) perusahaan manufaktur komponen otomotif. Foto: DRMA
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta W. Kamdani melihat turunnya Purchasing Manager's Index atau PMI manufaktur Indonesia, pada April 2024 sebagai tanda Indonesia harus mewanti-wanti dampak kondisi geopolitik.
ADVERTISEMENT
Lantaran menurutnya, ketidakstabilan kondisi geopolitik bahkan dapat membuat kinerja produksi industri manufaktur tahun ini melandai.
“Kami melihat PMI April yang turun sebagai sinyal bahwa kita perlu waspada terhadap perkembangan iklim usaha atau investasi jangka pendek, khususnya yang terkait dengan spillover kondisi geopolitik terhadap ekonomi nasional,” kata Shinta kepada kumparan pada Minggu (5/5).
“Proyeksi peningkatan kinerja produksi manufaktur menjadi lebih landai karena faktor yang disebabkan oleh kondisi geopolitik,” tambah Shinta.
Berdasarkan data S&P Global menunjukkan, skor PMI Manufaktur Indonesia turun dari posisi tertinggi dalam 29 bulan yaitu dari 54,2 ke 52,9 pada bulan April.
Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Kadin Indonesia Shinta W. Kamdani dalam konferensi pers Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Kadin Indonesia di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), Kamis (7/15/2023). Foto: Widya Islamiati/kumparan
Adapun, faktor kondisi geopolitik yang dimaksud Shinta, meliputi depresiasi nilai tukar, kenaikan suku bunga dan kenaikan beban impor bahan baku atau bahan penolong, yang akan berdampak pada peningkatan risiko ekspansi usaha.
ADVERTISEMENT
“Sehingga wajar bila pelaku usaha menjadi less aggressive dalam menciptakan peningkatan kinerja produksi jangka pendek seperti yang terlihat dalam PMI (manufaktur) April,” imbuh Shinta.
Namun, ia juga melihat, meskipun terpantau menurun dari bulan sebelumnya, PMI manufaktur Indonesia masih terpantau unggul dibandingkan dengan negara lain di Asean, bahkan tercatat paling tinggi.
Sehingga secara kepercayaan diri untuk peningkatan kinerja usaha atau pertumbuhan ekonomi nasional dalam jangka pendek, industri manufaktur Indonesia masih dinilai memiliki tingkat confidence sangat baik dan positif. Terlebih menurut Shinta, kondisi pasar domestik juga masih terpantau menjanjikan.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani usai acara Kick Off Pengusaha Mengajar di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat pada Rabu (31/1/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
“Jadi kalau pemerintah bisa menciptakan stabilitas makro ekonomi, khususnya penguatan nilai tukar dan peningkatan efisiensi beban impor, kami rasa tingkat confidence ini akan terapresiasi kembali dengan sendirinya,” jelas Shinta.
ADVERTISEMENT
Adapun strategi pengusaha saat ini adalah dalam peningkatan kelancaran finansial perusahaan, efisiensi beban produksi dan prudential pengadaan bahan baku ataupun bahan baku penolong impor agar tidak memberikan risiko usaha berlebihan.
Di sisi lain, Shinta melihat, untuk kemungkinan pemutusan hubungan kerja (PHK), menurutnya hal ini bergantung pada penurunan kondisi perekonomian nasional, lantaran akan mempengaruhi biaya bisnis dan ongkos produksi.
Sehingga pemerintah diharapkan dapat membantu menciptakan stabilitas ekonomi dalam negeri dengan berbagai kebijakan. “Yang khususnya perlu diperhatikan (pemerintah) adalah penguatan nilai tukar (rupiah) dan peningkatan efisiensi impor bahan baku atau bahan baku penolong serta barang modal,” tutup Shinta.