Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Jakarta dalam beberapa hari ke depan akan dilengkapi dengan moda transportasi modern berbasis kereta, yakni Mass Rapid Transit (MRT ). Layanan MRT yang dikembangkan kontraktor Indonesia-Jepang ini membentang sepanjang 16 kilometer (km) dari Lebak Bulus di Jakarta Selatan hingga Bundaran Hotel Indonesia di Jakarta Pusat. Terdapat 13 stasiun yang dibangun dengan metode konstruksi layang (elevated) dan berada di bawah tanah (underground). Untuk pertama kali pula, Republik Indonesia akan memiliki layanan kereta yang stasiunnya dibangun di bawah tanah.
ADVERTISEMENT
Melengkapi MRT , Jakarta telah memiliki 13 koridor layanan Bus Rapid Transit (BRT) atau lebih familiar disebut Transjakarta. Dari armada bus hingga halte tersedia dengan pelayanan prima sehingga warga di DKI bersedia menggunakan Transjakarta. Kemudian, trotoar di Jakarta, khususnya di sepanjang Jalan Thamrin hingga Bundaran Senayan, terus dipercantik agar orang bersedia berjalan kaki dan menggunakan transportasi umum.
Namun, wajah transportasi publik di Jakarta masih memiliki sisi gelap, yakni keberadaan MetroMini dan Kopaja yang sudah tak laik operasi dan dibayang-bayangi aksi kejahatan di dalamnya. Parahnya lagi, angkutan bus kota tersebut dikemudikan oleh sopir yang tak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM). Lantas, apakah keberadaan MetroMini dan Kopaja masih diperlukan melayani warga Jakarta?
ADVERTISEMENT
Yuk, isi polling di bawah ini: