Polling kumparan: 74,87% Pembaca Enggak Mau Beli saat Harga Emas Sentuh Rekor

11 April 2024 13:28 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi emas Antam. Foto: Dok. Antam
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi emas Antam. Foto: Dok. Antam
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebanyak 74,87 persen pembaca kumparan enggak mau beli emas saat harga emas sentuh rekor. Angka ini didapatkan dari hasil polling kumparan yang beredar pada 3 hingga 10 April 2024.
ADVERTISEMENT
Total ada sebanyak 1.333 responden yang berpartisipasi dalam polling ini. Sebanyak 74,87 persen atau 998 orang tidak mau beli emas, padahal saat itu harganya menyentuh rekor baru. Sementara, 25,13 persen atau 335 orang ingin membeli emas saat harganya sedang menyentuh rekor.
Sebelumnya, harga emas sempat menyentuh rekor. Mengutip Reuters, harga emas di pasar spot mencapai titik tertinggi sepanjang masa di USD 2.265,49 per ons di awal sesi, Senin (1/4). Emas berjangka AS ditutup 0,9 persen lebih tinggi pada USD 2.236,50 per ounce.
Harga tersebut menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa. Kenaikan itu diiringi dengan meningkatnya spekulasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pertamanya tahun ini pada bulan Juni.
Namun, perencana keuangan dari Zelts Consulting, Ahmad Ghazali, menilai justru momentum harga emas yang tinggi menjadi kesempatan untuk menjual. Ia tidak merekomendasikan membeli emas dalam jangka pendek.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi emas batangan. Foto: Aditia Noviansyah
“Kalau yang sudah punya emas, mungkin malah ini saatnya jual. Untuk yang belum punya, bisa jadi ini saatnya beli, asalkan analisisnya masih akan terus naik dalam jangka panjang. Kalau buat jangka pendek sih jangan,” kata Ghazali saat dihubungi kumparan, Selasa (2/4).
Ghazali menjelaskan, harga emas melonjak tinggi didorong harga emas internasional memang sedang naik. Selain itu, harga emas ditopang kurs nilai tukar dolar AS yang juga menguat.
“Jadilah double effect ini membuat harga di dalam negeri jadi naik tinggi,” ujar Ghazali.
Sementara itu, perencana keuangan Andy Nugroho tidak menyarankan investasi emas sebagai safe haven. Julukan safe haven emas tidak lepas baik dari pergerakan nilai emas maupun sebagai tempat menyelamatkan aset.
ADVERTISEMENT
“Ketika suku bunga turun, otomatis yang safe haven menurun juga harganya. Harga saham naik, harga safe haven atau obligasi menurun. Itu akan bikin harga emas tidak akan setinggi atau bahkan akan berhenti naik sementara waktu,” terang Andy.