Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Berita soal 10 juta pekerja divaksin gotong royong dan Centro akhirnya menutup bisnisnya usai 18 tahun beroperasi di Indonesia menjadi berita terpopuler. Berikut selengkapnya:
ADVERTISEMENT
Program vaksinasi gotong royong diinisiasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia. Ketua Umum Kadin Rosan Roeslani mengatakan Ketua Umum Kadin Indonesia, 10 juta pekerja yang terdaftar itu berasal dari 22.736 perusahaan yang ikut serta vaksinasi gotong royong .
"Tentunya harapannya dari kami dan juga dari dunia usaha, bahwa vaksinasi ini bisa berjalan dengan cepat. Karena vaksin ini merupakan salah satu faktor dominan yang akan memberikan dampak positif untuk sektor kesehatan dan juga akan berdampak positif kepada pemulihan perekonomian kita," kata Rosan kemarin.
Dia meyakini, dengan dampak positif vaksinasi ke sektor kesehatan dan ekonomi, ke depannya akan lebih banyak lagi perusahaan yang ikut serta program vaksinasi gotong royong.
Vaksin yang digunakan pada tahap pertama ini adalah Sinopharm dengan harga yang sudah ditetapkan pemerintah Rp 976 Ribu untuk dua dosis.
ADVERTISEMENT
Biaya vaksin gotong royong tersebut sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang harus dibayar perusahaan sesuai dengan aturan pemerintah. Hal itu dilakukan agar tidak ada komersialisasi yang memberatkan pekerja.
Namun, tidak semua perusahaan ternyata menanggung biaya vaksinasi gotong royong ini. Ada juga yang membebankan ke pekerja dengan membagi dua biayanya seperti diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani.
"Harga VGR sudah sesuai harapan Apindo. Mayoritas (biayanya) ditanggung perusahaan, tapi ada juga sebagian kecil yang cost sharing," kata Hariyadi saat dihubungi kumparan, Selasa (18/5).
Meski begitu, Hariyadi tidak menyebut perusahaan atau sektor usaha mana saja yang mengenakan biaya vaksinasi gotong royong kepada para pekerja.
Akhir Bisnis Centro Setelah 18 Tahun di Indonesia
ADVERTISEMENT
Berita lain yang tidak kalah banyak dibaca adalah akhir dari perjalanan bisnis perusahaan ritel Centro Department Store di Indonesia. Perusahaan ini sudah berada di Indonesia selama 18 tahun namun harus gulung tikar.
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus) resmi menyatakan Centro pailit. Majelis hakim membacakan putusan setelah adanya voting dari para kreditur.
Menurut Humas PN Jakpus Bambang Nurcahyono, perusahaan pengelola Centro, PT Tozy Sentosa telah mengajukan proposal perdamaian namun rencana itu ditolak oleh sebagian besar kreditur.
“Sehingga Centro Pailit dan berdasarkan juga rekomendasi dari Hakim Pengawas. Pembacaan Putusan oleh Majelis Hakim Pemutus,” katanya kepada kumparan, Selasa (18/5).
Nantinya akan dilakukan proses kurator untuk membereskan aset pailit dari PT Tozy Sentosa.
ADVERTISEMENT
Sebelum gulung tikar, Centro memulai bisnis ritel pertamanya di Indonesia pada November 2003 di The Plaza Semanggi, Jakarta. Mal itu merupakan pilihan yang tepat karena terletak di tengah kawasan sentra bisnis yang strategis dan eksklusif.
Setelah itu, Centro kembali mendirikan gerai-gerai baru di berbagai kota besar di Indonesia, yaitu Centro Discovery Shopping Mall Bali, Centro Margocity Depok, Centro Plaza Ambarrukmo Yogyakarta, Centro Mall of Indonesia, Centro Galaxy Mall Surabaya, Centro Summarecon Serpong, Centro Solo Paragon Lifestyle Mall, dan Centro Bintaro Jaya Xchange.