news-card-video
16 Ramadhan 1446 HMinggu, 16 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Populer: Dampak Isu Sri Mulyani Mundur; GE Aerospace Dapat Kontrak Rp 81 Triliun

16 Maret 2025 3:53 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (kiri) bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berjalan usai rapat terbatas (ratas) bersama Presiden Prabowo Subianto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (13/12/2024). Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (kiri) bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berjalan usai rapat terbatas (ratas) bersama Presiden Prabowo Subianto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (13/12/2024). Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
ADVERTISEMENT
Berita dampak yang akan timbul dari kabar pengunduran diri Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dari kabinet Merah Putih menjadi kabar yang banyak dibaca di kumparanBisnis sepanjang Sabtu (15/3).
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada juga berita mengenai GE Aerospace (GE.N) diisukan telah mendapatkan kontrak dari Angkatan Udara Amerika Serikat ( U.S Air Force) untuk suplai mesin jet tempur. Berikut rangkumannya.
Dampak Isu Airlangga-Sri Mulyani Resign dari Kabinet Merah Putih
Isu akan mundurnya dua orang menteri di Kabinet Merah Putih yang telah menjabat sejak masa Presiden Joko Widodo, yaitu Airlangga Hartarto dan Sri Mulyani telah menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat dan pelaku pasar.
Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, mengatakan benar terjadi, hal ini akan berdampak buruk. Meskipun isu ini sempat dibantah.
Menurut dia baik Airlangga maupun Sri Mulyani adalah menteri senior yang memiliki kredibilitas di mata investor dan pelaku usaha, dengan skor yang bagus relatif terhadap menteri-menteri lainnya.
ADVERTISEMENT
“Jika ini terjadi, akan berdampak buruk. Mereka berdua adalah menteri senior,termasuk yang punya kredibilitas di mata investor dan pelaku usaha. Skor mereka berdua termasuk bagus relatif terhadap menteri-menteri yang lain,” kata Wija kepada kumparan, Sabtu (15/3).
Sementara Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, melihat isu pengunduran itu justru dapat memberikan sentimen positif di pasar.
“Isu rencana resign Sri Mulyani dan Airlangga mungkin habis lebaran, artinya ini sentimen yang positif sebenarnya di pasar,” kata Bhima kepada kumparan, Sabtu (15/3).
Bhima menilai selama ini pendekatan yang dilakukan oleh Sri Mulyani dalam mengelola penerimaan pajak negara kurang sejalan dengan kebutuhan pemerintahan Prabowo.
Mengenai Airlangga Hartarto, Bhima menilai adanya permasalahan di sektor ketenagakerjaan, yaitu banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan paket-paket stimulus yang belum mampu mendorong daya beli masyarakat menunjukkan kurang efektifnya koordinasi antar kementerian di bidang ekonomi.
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebelum mengisi materi di retreat kepala daerah di kompleks Akmil, Magelang, Jateng, Senin (24/2/2025). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Terlebih menurut dia, sejak Sri Mulyani langsung berada di bawah presiden, posisi Airlangga sebagai Menteri Koordinator Perekonomian seolah berjalan sendiri-sendiri.
ADVERTISEMENT
Dia menekankan, pengganti Sri Mulyani maupun Airlangga Hartarto seharusnya berasal dari teknokrat atau birokrat karier yang tidak memiliki hubungan kekeluargaan dengan presiden, sehingga dapat bekerja secara profesional.
Selain itu, menteri yang baru harus mampu berkomunikasi dengan pelaku usaha dan pasar, serta berani mendorong kebijakan-kebijakan progresif seperti pajak karbon, pajak kekayaan, dan penerapan Global Minimum Tax untuk menurunkan insentif pajak yang tidak tepat sasaran.
Ia juga menyebut pentingnya disiplin fiskal dan kemampuan menolak program-program populis yang tidak sesuai dengan ketersediaan anggaran.
Terakhir, Bhima melihat kedua menteri tersebut sudah tidak relevan lagi di pemerintahan Prabowo, mengingat indikator pasar yang menunjukkan kurangnya kepercayaan sejak mereka melanjutkan pos sebagai menteri di era Prabowo.
GE Aerospace Dapat Kontrak Rp 81,75 Triliun untuk Suplai Mesin Jet Tempur AS
Jet tempur F-16 Angkatan Udara AS. Foto: Jung Yeon-je / AFP
GE Aerospace (GE.N) dikabarkan telah mendapatkan kontrak dari Angkatan Udara Amerika Serikat ( U.S Air Force) pada Jumat (14/5).
ADVERTISEMENT
Reuters melansir, kontrak tersebut bernilai hingga USD 5 miliar atau Rp 81,75 triliun (Kurs Rp 16.350) untuk mendukung program penjualan militer asing (foreign military sales) pemerintah AS untuk mesin F110-GE-129, yang digunakan pada pesawat tempur F-15 dan F-16.
Dalam skema kontrak indefinite delivery/indefinite quantity (IDIQ), GE akan memasok sejumlah mesin F110 dalam kurun waktu tertentu, meskipun jumlah pastinya belum ditentukan.
Sebelumnya, pada awal Maret, perusahaan raksasa dirgantara tersebut juga mengumumkan rencana investasi hampir USD 1 miliar atau Rp 16,35 triliun pabrik dan rantai pasoknya di Amerika Serikat pada tahun 2025.
Hal ini merupakan bagian dari upaya memperkuat proses manufaktur serta meningkatkan penerapan teknologi dan komponen baru. Investasi terbaru itu tercatat hampir dua kali lipat dari tahun lalu.
ADVERTISEMENT
"Berinvestasi dalam manufaktur dan inovasi lebih penting dari sebelumnya untuk masa depan industri kami dan komunitas tempat kami beroperasi," kata CEO Larry Culp dikutip dari Reuters, Sabtu (15/3).
Selain itu, GE juga berencana untuk mempekerjakan 5.000 pekerja AS tahun ini, termasuk menambah peran dalam operasi manufaktur dan teknik.
Kabarnya, perusahaan juga akan meningkatkan kapasitas produksi mesinnya dan memperluas beberapa lokasi utama, terutama yang mendukung pembuatan mesin berbadan sempit CFM LEAP. Tak tanggung-tanggung untuk hal ini, perusahaan akan menghabiskan USD 500 juta dari total investasi.