Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.104.0
Populer: Danantara Ambil Alih GBK; Hotel di Bali Terimbas Akomodasi Ilegal
30 April 2025 5:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Pengelolaan kawasan Gelora Bung Karno (GBK) akan dialihkan dari Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) ke Danantara, menjadi salah satu berita populer di kumparanBISNIS sepanjang Selasa (29/4).
ADVERTISEMENT
Selain itu, berita mengenai Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali menyebut tingkat okupansi atau keterisian kamar anjok hingga sebesar 20 persen akibat akomodasi wisata ilegal juga ramai dibaca. Berikut rangkumannya.
Rosan Ungkap Danantara Ambil Alih Pengelolaan GBK: Jadi Ikon Baru Jakarta
Rosan mengungkapkan Danantara akan mengambil alih pengelolaan GBK. Dia menilai bahwa selama ini dampak ekonomi dari kawasan GBK terhadap masyarakat masih tergolong kecil
Rosan mencatat aset yang kini dikelola Danantara lebih dari USD 982 miliar atau sekitar Rp 16.203 triliun (kurs Rp 16.200). Nilai tersebut belum termasuk kawasan GBK yang juga direncanakan menjadi bagian dari portofolio investasi Danantara.
“Aset di GBK sangat-sangat besar seperti yang kita lihat," ujar Rosan usai ditemui saat acara BSI Global Islamic Finance Summit 2025 di Jakarta, Selasa, (29/4).
ADVERTISEMENT
Rosan mengatakan bahwa tingkat pemanfaatan, return of asset, dan return of investment dari GBK masih sangat terbatas. Ia juga menilai bahwa hingga saat ini belum ada pihak yang secara khusus fokus mengembangkan kawasan tersebut.
“Jadi kita akan melakukan evaluasi secara menyeluruh untuk kita tingkatkan, baik secara value-nya nilainya itu sangat-sangat besar,” ucap Rosan.
Marak Akomodasi Ilegal, Okupansi Hotel di Bali Anjlok 20 Persen
Okupansi hotel di Bali turun selama periode Januari hingga Maret 2025. Angka in jauh di bawah rata-rata tahun 2024 yang mencapai 60 sampai 70 persen.
"Kalau kita lihat ya dari jumlah kedatangan wisatawan tiap tahun itu khususnya di bulan Januari, Februari, Maret, itu harusnya okupansi itu naik gitu ya kalau kita lihat ini kelihatannya itu tadi saya bilang antara stagnan malah turun jadi bisa antara 10-20 persen itu kelihatan sekali turun gitu," kata Sekjen PHRI Bali, Perry Markus, Selasa (29/4).
ADVERTISEMENT
Wisatawan asing tak menginap di hotel dipicu pertumbuhan akomodasi wisata tidak terkontrol seperti vila dan rumah kos elite yang tidak memiliki izin. Selain itu, mereka memilih menginap di vila atau rumah kos elite karena menawarkan kenyamanan lebih baik dibandingkan hotel.
Dia mengeklaim hunian tersebut dikelola oleh individu baik warga lokal maupun warga negara asing (WNA). Mereka juga menawarkan teman senegaranya menginap di hunian tersebut.
"Yang pertama sebenarnya kalau kita lihat ya. Mereka itu ada yang dibawa oleh temennya jadi temennya punya bikin akomodasi temennya yang lain diajak untuk menginap di situ jadi transaksinya enggak di situ, di sana. Dia bilang aja itu temennya gitu. Padahal itu sebenarnya tamu misalnya," kata Perry.
ADVERTISEMENT