Populer: Ekspor Pasir Laut Ancam 36 Ribu Pekerja; BI Ajak Masyarakat Belanja

3 Oktober 2024 5:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi berbelanja. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi berbelanja. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ekspor pasir laut dinilai dapat membuat Indonesia kehilangan produk domestik bruto (PDB) Rp 1,22 triliun serta mengancam 36 ribu tenaga kerja. Ini menjadi salah satu berita yang ramai dibaca pada Rabu (2/10).
ADVERTISEMENT
Selain itu, tanggapan Bank Indonesia (BI) tentang deflasi dengan mengajak masyarakat belanja, juga menjadi berita yang banyak dibaca di kumparanBisnis. Simak rangkumannya.

Ekspor Pasir Laut Ancam 36 Ribu Pekerja

Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira, bilang kalau kebijakan ekspor pasir laut bisa mengurangi lapangan kerja di sektor perikanan hingga 36.400 pekerja.
“Ekspor pasir laut justru berisiko menciptakan pengangguran di kawasan pesisir. Model penambangan pasir laut dengan kapal isap dan pengangkutan tongkang juga cenderung padat modal bukan padat karya. Tidak ada korelasi ekspor pasir laut dengan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berdaya saing,” terang Bhima.
Kebijakan ekspor pasir laut juga dapat membuat potensi blue carbon yang dimiliki Indonesia hilang.
“Padahal diperkirakan Indonesia memiliki potensi 17 persen karbon biru dari total seluruh dunia, setara 3,4 giga ton. Hal ini selaras dengan target pemerintahan ke depan yang ingin mengoptimalkan kredit karbon USD 65 miliar atau Rp 994,5 triliun,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi tambang pasir laut. Foto: Shutterstock
Direktur Ekonomi Celios, Nailul Huda, bilang ekspor pasir laut hanya memiliki potensi keuntungan yang kecil bagi negara. Selain itu, dari penelitian oleh Celios, terdapat klaim berlebih dari pemerintah mengenai peningkatan keuntungan dari ekspor pasir laut.
“Simulasi yang dilakukan menemukan dampak negatif pada PDB sebesar Rp 1,22 triliun, dan pendapatan masyarakat akan menurun hingga Rp 1,21 triliun,” kata Nailul dalam keterangannya, Rabu (2/10).

BI Ajak Masyarakat Belanja

Manajer Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Farisan Aufar bilang konsumsi rumah tangga memiliki peran besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Maka dari itu Ia mengajak masyarakat untuk tetap melakukan aktivitas belanja.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia itu didorong oleh konsumsi rumah tangga. Jadi kami harap masyarakat lebih banyak spending, karena spending is helping di ekonomi,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Aufar juga menyebut sinergi antara bauran kebijakan BI dan koordinasi dengan pemerintah merupakan faktor penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,12 persen secara bulanan pada September 2024. Ini melanjutkan tren deflasi yang telah terjadi selama lima bulan berturut-turut.