Populer: Gerai Giant Tutup Bertambah; Swiss Dapat Proyek Toilet dari Luhut

20 Februari 2021 7:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menko Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan Foto: Menko Marves
zoom-in-whitePerbesar
Menko Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan Foto: Menko Marves
ADVERTISEMENT
Gerai Giant di Mayasari Plaza, Tasikmalaya akan ditutup. Sebelumnya sudah diumumkan bahwa gerai Giant di Margo City, Depok, bakal ditutup per 1 Maret 2020. Bergugurannya gerai Giant ini menjadi salah satu berita populer di kanal bisnis pada Jumat (20/2).
ADVERTISEMENT
Berita populer selanjutnya mengenai keputusan Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan menunjuk perusahaan asal Swiss, Mister Loo, untuk menggarap proyek toilet di Danau Toba. Mister Loo merupakan startup yang bergerak di bidang sanitary toilet umum dengan kelas premium.
Selain itu, berita mengenai utang Indonesia yang nyaris menyentuh 40 persen PDB juga banyak dibaca. Berikut rangkumannya:

Luhut Serahkan Proyek Toilet di Danau Toba ke Perusahaan Swiss

Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyerahkan pengerjaan proyek toilet di Danau Toba kepada perusahaan asal Swiss, Mister Loo. Mister Loo ini merupakan salah satu startup asal Swiss yang bergerak di bidang sanitary toilet umum berkelas premium.
Luhut mengatakan, akan ada 25 toilet yang dibangun oleh Mister Loo di spot-spot turis di Danau Toba. Pengadaan ini dilakukan lewat program CSR dari BUMN.
Ilustrasi Mister Loo. Foto: Facebook/@misterloocom
Lantas kenapa pengadaan toilet ini mesti diserahkan kepada perusahaan asing?
ADVERTISEMENT
Terkait hal ini, Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kemenko Marves, Odo Manuhutu, menjelaskan bahwa tidak ada alasan khusus atas penunjukan tersebut. Odo juga menegaskan, Mister Loo tidak ditunjuk tetapi hanya diajak buat berinvestasi.
"Terkait dengan Mister Loo istilah yang tepat mungkin bukan ditunjuk, tapi diajak berinvestasi di Toba. Jadi tidak ada menunjuk, tapi mengajak mereka berpartisipasi," jelas Odo dalam virtual conference, Jumat (19/2).
"Tim Kemenko Marves dengan Kemenparekraf melakukan kunjungan ke 39 titik di Danau Toba, spot-spot tourism, salah satu hal yang kita perhatikan toilet umum sangat tidak manusiawi. Ada warga yang tinggal di situ, ada yang tidak ada airnya, atapnya tidak ada, ada yang pintunya hilang," sambungnya.
ADVERTISEMENT

Bertambah Lagi Gerai Giant yang Ditutup, Ini Daftarnya

Gerai Giant yang akan tutup bertambah lagi, setelah sebelumnya supermarket ritel ini menyatakan akan menutup gerai Giant di Margo City, Depok, mulai 1 Maret 2021. Informasi yang diperoleh kumparan, setelahnya giliran Giant di Mayasari Plaza, Tasikmalaya, yang akan ditutup.
Kabar soal Giant tutup di Mayasari Plaza tersebut antara lain beredar di group whatsapp.
"Dengan perasaan sedih dan menyesal kami sampaikan bahwa Giant Mayasari hanya akan melayani Anda para konsumen setia hingga tanggal 4 April 2021. Kami ucapkan terima kasih atas kesetiaan Anda selama ini," demikian salah satu pesan yang beredar diterima kumparan, Jumat (19/2).
Ilustrasi Giant. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Manajemen PT Hero Supermarket Tbk selaku pemilik dan pengelola Giant, sebelumnya memang mengungkapkan beratnya persaingan bisnis ritel makanan. Apalagi setahun terakhir, pandemi juga mendera berbagai sektor usaha, termasuk bisnis ritel.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, setidaknya sudah 2 gerai Giant Supermarket yang akan tutup di 2021 ini, yakni Giant Margo City, Depok dan Giant Mayasari, Tasikmalaya.

Utang Indonesia Nyaris 40 Persen PDB, Ekonom Peringatkan Sri Mulyani

Menteri Keuangan Sri Mulyani baru-baru ini mengungkapkan bahwa rasio utang Indonesia sudah mendekati level 40 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Ekonom INDEF, Bhima Yudhistira, menilai kenaikan rasio utang tersebut sudah menjadi alarm buat pemerintah.
Bhima berpendapat, batas aman utang jangan hanya dilihat dari rasio terhadap PDB, perlu dilihat juga indikator lain seperti kemampuan bayar utang atau Debt Service Ratio (DSR).
“DSR tier I Indonesia terus naik melebihi 25 persen, padahal negara seperti Filipina cuma 9,7 persen, Thailand 8 persen dan Meksiko 12,3 persen,” kata Bhima saat dihubungi kumparan, Jumat (19/2).
ADVERTISEMENT
“Dengan melihat perbandingan DSR maka bisa dikatakan utang sudah jadi beban dan kemampuan bayar berkurang. Ini bisa dikatakan lampu kuning, sudah hampir lampu merah,” tambahnya.
Ilustrasi Dolar-Rupiah Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Pemerintah menyebut kenaikan rasio utang ini terjadi seiring dengan semakin melebarnya defisit APBN untuk membiayai penanganan COVID-19. Tapi Bhima menilai utang tersebut tidak hanya untuk COVID-19, tetapi juga habis untuk anggaran yang tidak terlalu mendesak.
“Beban utang terus meningkat sementara belanja di sektor produktifnya kalah dengan belanja birokrasi, seperti belanja pegawai dan belanja barang. Maka kasihan pemerintahan ke depan karena harus cari penerimaan lebih besar dan terbitkan utang baru,” ujar Bhima.
Selain itu, Bhima mengungkapkan bahwa utang terus bertambah tetapi produktivitas menurun, dengan demikian pemerintahan saat ini memberikan beban ke generasi masa depan atau milenial dan Gen Z.
ADVERTISEMENT