Populer: Modus Peretasan Hotel; 5 Sektor Paling Banyak Setor Dividen

13 Agustus 2024 6:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi serangan siber. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi serangan siber. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kabar mengenai Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) yang mengungkapkan modus peretasan akun Google Business sekitar 369 hotel yang dikelola PHRI sejak 11 Agustus 2024 menjadi salah satu berita populer di kumparanBisnis sepanjang Senin (12/8).
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada juga kabar terkait lima sektor paling banyak menyumbang dividen yang tak kalah menyita perhatian publik. Berikut rangkuman selengkapnya:

Modus Peretasan Hotel

Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Hariyadi Sukamdani di Kantor Kemenko Marves, Jakarta pada Jumat (26/1/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
Ketua Umum PHRI, Hariyadi BS Sukamdani, menjelaskan mengacu pada UU ITE, kasus tersebut termasuk dalam jenis pemalsuan data elektronik yang dilakukan serentak di seluruh wilayah Indonesia.
Peretasan akun Google Business beberapa hotel ini menggunakan modus mengganti nomor telepon dengan nomor WhatsApp dan mengganti nomor rekening bank yang menyangkut reservasi hotel.
"Jadi kenapa nomor telepon diubah? Karena mereka mengarahkan kepada nomor telepon si pihak yang tidak bertanggung jawab ini, di mana nanti di dalam komunikasinya apabila tamu akan melakukan reservasi maka diarahkan untuk mengirim kepada rekening tertentu," jelasnya saat konferensi pers, Senin (12/8).
ADVERTISEMENT
Hariyadi menegaskan bahwa penipuan ini hanya berdampak pada reservasi melalui nomor telepon yang tertera Google Business, sehingga website hotel dan reservasi melalui online travel agent (OTA) tidak terdampak.
Selanjutnya, ketika calon konsumen menghubungi nomor telepon yang sudah diubah di Google Business hotel, pelaku penipuan menawarkan reservasi kamar dengan harga yang lebih murah untuk menarik korban.
"Dalam komunikasi itu si pihak yang tidak bertanggung jawab ini memberikan harga itu murah, lebih murah daripada room rate yang resmi. Ini kan masyarakat biasanya tertarik ya. Wah, ini harganya murah, yaudah dia ambil," imbuh dia.
Sejauh ini, Hariyadi mencatat baru ada 10 hotel di Jawa Tengah yang melaporkan sudah transaksi atau transfer uang kepada rekening penipu. Meski begitu, belum terlapor jumlah kerugian yang terjadi dari transaksi tersebut.
ADVERTISEMENT

5 Sektor Paling Banyak Sumbang Dividen

Direktur Utama Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Samsul Hidayat di Jakarta, Rabu (27/12/2023). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Samsul Hidayat, melaporkan sektor saham dengan distribusi dividen terbesar per 9 Agustus 2024.
Adapun sektor finansial atau perbankan menjadi distribusi dividen terbesar yakni Rp 58,24 triliun, naik dibandingkan pencapaian tahun lalu senilai Rp 50,47 triliun.
"Jumlah sektor yang membagikan dividen terbesar adalah dividen adalah perusahaan pada sektor finansial atau perbankan. Dari financial ini bisa perusahaan pembiayaan dan sebagian lagi perbankan sebesar Rp 58,24 triliun," kata Samsul dalam konferensi pers, di Kantor Bursa Efek Indonesia, Senin (12/8).
Selanjutnya, ada sektor energi yang berfokus pada produksi batubara dengan nilai dividen yang dibagikan sebesar Rp 30,86 triliun, turun dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya sebesar Rp 56,20 triliun.
ADVERTISEMENT
Kemudian sektor industri atau multi sector holdings dengan nilai dividen yang dibagikan sebesar Rp 7,83 triliun. Selanjutnya, layanan telekomunikasi terpadu senilai Rp 7,36 triliun, naik dari tahun sebelumnya sebesar Rp 6,88 triliun.
"Industrial integrated itu di tahun 2024 ini Rp 7,36 triliun, tahun 2023 mereka membagikan Rp 6,88 triliun, artinya tahun ini jauh lebih besar dibandingkan tahun 2023 karena saat ini baru setengah tahun," ujarnya.
Terakhir, ada sektor layanan telekomunikasi nirkabel dengan nilai dividen yang dibagikan sebesar Rp 3,73 triliun, turun dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya sebesar Rp 4,20 triliun.